CONTOH PRAKTIKUM FAAL
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : ASTIGMATISME
No. Percobaan : I
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk
mengetahui ada atau tidaknya astigmatisme
pada seseorang.
II. DASAR TEORI
Astigmatisme merupakan
kesalahan refraksi yang terjadi karena berkas-berkas cahaya yang jatuh paa
garis-garis diatas retina bukan pada titik-titik tajam. Hal ini disebabkan oleh
adanya perubahan bentuk lengkungan lensa. Mata astigmatisme hanya mamapu melihat baris-baris tertetu. Jika
garis-garis vertical lebih jelas daripada gari-garis horizontal maka keadaan
tersebut dapat dilakukan pertolongan dengan menggunakan kaca mata silindris (jika bukan astigmatisme sejak
lahir). Untuk menambah bagian yang kurang cembung paa lensa mata yang abnormal
tersebut. Dapat juga dengan dilakukan operasi refraktif yang ditujukan untuk
penderita yag sudah parah membutuhkan kacamata yng sangat tebal sehingga kurang
praktis dan dapat mengganggu kelancaran dalam beraktivitas.
Dalam
astigmatisme dikenal dua jenis
astigmatisme yaitu astigmatisme kornea
dan astigmatisme lensa. Astigmatisme kornea disebabkan oleh
ketidakteraturan lengkung atau daya bias kornea.
Sedangkan astigmatisme lensa
disebabkan oleh ketidakteraturan daya bisa lensa mata.
Secara
garis besar ada dua tipe atigmatisme yaitu astigmatisme
regular dan astigmatisme irregular.
Astigmatisme dikategorikan regulr
jika meridian-meredian utamanya (meridian dimana terdapat daya bias terkuat dan
terlemah disistem optis bola mata) mempuyaiarah yang saling tegak lurus. Astigmatime jenis ini jika mendapat
koreksi lensa silindris yang tepat akan bisa menghasilkan tajam penglihatan
normal dengan tidak disertai adanya kelainan penglihatan lain.
Selanjutnya
astigmatisme irregular. Bentuk astigmatisme ini, meridian-meredian utama
bola matanya tidak saling tegak lurus. Astigmatisme yang demikian bisa
disebabkan oleh ketidakberaturan kontur permukaan kornea ataupun lensa mata,
juga bisa disebabkan oleh adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam bola
mata ataupun lensa mata. Misalnya pada kasus katarak stadium awal.
Bola
mata normal berbentuk seperti bola sehingga sinar atau bayangan yang masuk
dapat ditangkap pada satu titik di retina
(area sensitif mata). Dan bola mata astigmatisme berbentuk lonjong seperti
telur sehingga sinar atau bayangan yang masuk ke mata sedikit menyebar alias
tidak fokus pada retina. Hal tersebut
menyebabkan bayangan yang terlihat akan
kabur dan hanya terlihat jelas pada satu titik saja.
III. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Keratoskop
dari Placido
2. Lukisan Kipas
IV. JALANNYA PERCOBAAN
1. Lengkung
Kornea
Gunakan keratos dari placido. Orang percobaan (OP)
berdiri dengan punggung ke arah cahaya yang terang. Keratoskop ditempatkan
kira-kira 20 cm dimuka orang percobaan (OP). Pelaku Percobaan (PP) memeriksa
melihat melalui lubang ditengah-tengah keratoskop yang ada pada dataran muka
kornea orang pecobaan (OP). Jika lengkung kornea didalam satu meredian sama,
bayang-bayang merupakan lingkaran-lingkaran konsentris yang bulat.
2. Astigmatisme Total Dari Mata
Orang percobaan (OP) melihat dengan satu mata ke lukisan
dari garis-garis yang tersusun sebagai kipas, melihat garis tengah. Sudut
diantara dua garis adalah 10 derajat. Seorang penderita astigmatisme akan
melihat satu garis hitam dan jelas, tetapi garis yang tegak lurus padanya akan
kelihatan memanjang dan tidak jelas (abu-abu). Arah dari garis yang kelihatan
hitam dan jelas ialah sesuai dengan meredian didalam pembiasannya yang terkuat
atau terlemah.
V. HASIL
PERCOBAAN
1. Lengkung
Kornea
Pada mata Orang Percobaan lengkung didalam satu meredian yang
tegak lurus padanya, kelihatan lingkaran-lingkarn bulat memanjang dengan sumbu pendek
didalam meridiandimana lengkungnya lebih besar.
2. Astigmatisme Total dari Mata
Garis terlihat
menyilang dan hitam.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil
percobaan pertama dapat disimpulkan bahwa orang percobaan mengalami
astigmatisme teratur. Karena hal ini dijelaskan jika lengkung di dalam satu
meridian lebih besar daripada didala meridian yang tegak lurus padanya,
kelihatan lingkaran-lingkaran bulat memanjang dengan umbu pendek didalam
meridian dimana lengkungnya lebih besar.
Pada percobaan
kedua terlihat gambar menyilang dan hitam dapat disimpulkan bahwa pemantulan
cahaya yang disebabkan menjadi pembelokan dari objek tersebut sehingga retina
dapat menangkap cahay dengan focus.
VII. APLIKASI
1.
Ketika
melihat sinar dari kamera atau yang disebut flash light kemudian mata seperti
ada bercak putih.
2.
Seorang
yang menderita katarak tidak dapat melihat benda atau sesuatu dengan
benar-benar sempurna.
3.
Seorang
dosen sering menggunakan kacamata ketika kacamata dibuka hanya dapat melihat
bayangan-bayangan yang tidak sempurna.
Praktikan
DAFTAR
PUSTAKA
www.blogdokter.net/2009/02/12/astigmatisme-mata-silindris/
Ackinson, R.L., Atkinson R.C. & Hilgrad
E.R. (1995).Pengantar Psikologi (8th
ed.). Jakarta : Erlangga.
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : REAKSI PUPIL
No. Percobaan : II
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui pengaruh akomodasi
dan konvergensi pada mata.dan pengaruh cahaya.
II. DASAR TEORI
Cahaya dapat masuk mata, melewati
kornea, yaitu sebuah susunan pelindung yang transparan terletak di depan mata.
Di belakang kornea adalah pupil, sebuah celah yang dapat melebar dan mengerut
untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Bila tingkat iluminasi tinggi
dan sensitivitas menjadi tidak penting, sistem visual akan memanfaatkan situasi
dengan mengkonstriksi (mengerutkan) pupil. Ketika pupil terkonstriksi gambar
yang jatuh di masing-masing retina lebih tajam dan kedalaman fokusnyapun lebih
besar; artinya rentang kedalaman yang lebih beasar terfokus secara simultan di
retina. Akan tetapi ketika tingkat iluminasi terlalu rendah untuk mengaktifkan
reseptor-reseptor, pupil akan berdilatasi (melebar) untuk memungkinkan lebih
banyak cahaya masuk, sehingga mengorbankan akuitas (kemampuan untuk melihat
detail-detail objek) dan kedalaman fokus.
Ukuran dan pergerakan pupil tergantung
pada jenis faktor sensori dan emosional, yang dikendalikan oleh dua jalur yang
saling bersinergis yang beroperasi di
dua otot halus pupil. Pertama adalah jalur parasimpatis, dimediasi oleh susunan
okulomotor edinger-Westphal yang terletak di otak tengah dan innervate sphincter, yang bertanggung
jawab dalam mengerutnya pupil mata. Kedua adalah jalur simpatik, yang dimediasi
oleh inti hipotalamus posterior,ia bertanggung jawab dalam aktifnya otot-otot iris yang bertugas sebagai
pengendur, sehingga pupil dapat melebar dan memasukkan banyak cahaya. Pupil
yang terlihat mengecil ketika dirangsang cahaya disebut refleks pupil. Sedangkan jika pada pupil yang satu disinari , maka
secara serentak pupil lainnya mengerut dengan ukuran sama, disebut refleks
pupil konsensual.
Lapisan terluar mata terdapat sklera,
yang berwarna transparan dan tidak dapat menangkap cahaya, namun begitu, lapisan
luar mata yang disebut kornea dapat menangkap cahaya. Jumlah cahaya yang masuk
diatur oleh ukuran pupil, sebuah pembukaan di dalam iris (lingkaran otot
berpigmen yang terletak di belakan kornea).Tepat di belakang iris terdapat
lensa, terdiri dari lapisan transparan yang menyerupai kulit bawang. Bentuknya
dapat diubah dengan mengontraksi otot-otot siliari. Perubahan inilah yang
menyebabkan mata dapat melihat lebih tajam suatu citra sebuah objek di retina.
Ketika kita mengarahkan penglihatan
kita pada sesuatu yang berjarak dekat
dengan kita, ketegangan pada ligamen-ligamen yang mempertahankan masing-masing
lensa agar tetap ditempatnya disesuaikan oleh ciliary muscles (otot siliari)
dan lensa berbentuk silindris seuai bentuk alamiahnya. Hal ini meningkatkan
kemampuan lensa untuk merefraksi (membelokkan) cahaya untuk mendekatkan
objek-objek ke fokus yang tajam.
III. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Cermin
2. Lampu
senter
IV. JALANNYA PERCOBAAN
1. Mengecilnya
Pupil Pada Akomodasi dan Konvergensi
a. Pelaku percobaan bertindak
sendiri sebagai orang percobaan dengan melihat jauh kecermin dan melihat
bayangan dan melihat bayangan orang percobaan di cermin.
b. Orang percobaan disuruh
melihat jauh, kemudian disuruh melihat jari pelaku percobaan yang ditempatkan
kira-kira 20 cm di depan muka orang percobaan.
2. Mengecilnya
Pupil Oleh Karena Cahaya
a. Orang
percobaan melihat ke tempat yang terang, kemudian disuruh menutup matanya.
Setelah menunggu sebentar kemudian disuruh membuka matanya sehingga terlihat
pupl mengecil.
b. Orang
percobaan melihat ke tempat yang terang dengan satu mata ditutup dengan tangan
kelihatan bahwa pupil mata yang lain membesar walaupun cahaya tak berubah. Mata
yang ditutup sekarang dibuka., kelihatan bahwa pupil mata yang lin mengecil
lagi, walaupun cahaya tak berubah.
c. Pada
pelaku percobaan satu mata ditutup dengan tangan. Dimuka mata lain ditempatkan
sebuah tabung sepanjang 15 mm yang pada dasarnya terdapat lubang. Melalui
lubang tersebut orang percobaan melihat ke tempat yang terang. Mata yang tadi
ditutup sekarang dibuka. Lubang didalam dasar tabung tadi kelihatan mengecil.
V. HASIL
PERCOBAAN
1. Mengecilnya Pupil
Pada Akomodasi dan Konvergensi
a. Bayangan mata pelaku percobaan pada cermin, pupil terlihat mengecil.
b. Pelaku percobaan dapat melihat pupil orang percobaan mengecil pada saat
melihat jari yang ditempatkan kira-kira 20 cm dari orang percobaan.
2. Mengecilnya Pupil Oleh Karena Cahaya
a. Terjadi reflek
pupil yaitu ketika mata orang percobaan dibuka terlihat pupilnya mengecil.
b. Pupil
orang percobaan yang tidak ditutup membesar saat mata yang satu ditutup. Setelah
mata yang tadi dibuka pupil orang
percobaan mengecil (reflek konsensui).
c. Pupil
orang percobaan mengecil sewaktu mata yang ditutup, dibuka setelah mata yang
satunya melihat lubang.
VI. KESIMPULAN
Saat bagian mata dikenai cahaya
secara tiba-tiba, pada bagian pupil akan
memberikan reaksi yaitu mengecil, dan
pada bagian Iris akan mendekati pupil dengan cepat, Sedangkan mata yang
tidak terkena cahaya secara tiba-tiba pupilnya
akan mengecil secara lambat dan Iris-pun
akan mengecil secara tiba-tiba. Jadi, Iris
mendekati pupil jika cahaya tidak terlalu terang, dan Iris akan menjauhi pupil
jika cahaya terlalu meredup. Bisa saja terjadi refleks jika disenter mata
sebelah kiri yang meredup sebelah kanan.
VII. APLIKASI
1.
Saat
memasuki bioskop yang intensitas cahayanya remang-remang, maka pupil akan
membesar.
2.
Saat
berkendara malam hari maka pupil akan membesar untuk menangkap cahaya
sebanyak-banyaknya sehinggga kita dapat beradaptasi dengan jalanan yang kurang
ada cahaya.
3.
Ketika
membaca buku maka kita akan melihat huruf-huruf yang tersusun lebih kecil dari
lingkungan sekitar buku, pada saat membaca buku inilah maka pupil akan
mengerut.
Praktikan
DAFTAR
PUSTAKA
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Walgito, B. (2002) Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offet.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : PERISTIWA-PERISTIWA ENTOPTIS
No. Percobaan : III
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui bayangan pembuluh
darah dari Purkinye dan mengetahui
aliran darah dalam kapiler di retina.
II. DASAR TEORI
Peristiwa entoptis seperti bayangan pembuluh darah
dari Purkinje dan aliran darah dalam kapiler di retina. Sumber cahaya yang kecil dan bergerak-gerak, pencahayaan transklera atau proyeksi cahaya melalui
pupil dapat dicapai, sehingga bayangan pembuluh darah retina dapat dibuat, sehingga menimbulkan persepsi bayang-bayang.
Karena itu gerakan sinar yang konstan diperlukan untuk dapat melihat cabang
pembuluh darah Purkinye yang menyerupai
pohon dengan cabang-cabangnya. Dan Peristiwa yang
kedua dijelaskan dengan munculnya titik-titik putih beberapa saat melihat ke
arah langit yang terang.
Peristiwa
entoptis memilki banyak jenis, selain Purkinje
tree dan blue field entoptic phenomenon beberapa diantaranya yaitu :
1.
Phosphenes
2.
After-images
3.
The blue arcs phenomenon
4.
The Troxler effect
Dalam peristiwa entopsis sangat membutuhkan dan memanfaatkan kemampuan visual mata,
hal ini sama pentingnya dengan sistem interpretasi sinyal penglihatan dari
mata, adalah dengan menggunakan sistem pengaturan serebral untuk mengarahkan
objek yang akan dipandang.
Pergerakan mata diatur oleh tiga pasang otot yaitu:
1.
Rektus medialis dan lateralis
2.
Rektus superior dan inferior
3.
Oblikus superior dan imperior
Jika
seseorang memfiksasikan pandangannya pada sebuah objek tertentu maka
mata kita terus menerus bergerak. Gerakan mata fiksasional ini ada tiga macam
yaitu tremor, drifts dan saccade
(gerakan kecil tersentak-sentak atau flicks/ jentikan). Meskipun kita biasanya
tidak menyadari gerakan fiksasional, mereka memiliki sebuah fungsi visual
kritis
Memfiksasikan pandangan sangatlah
penting bagi kehdupan manuia karena hal tersebut untuk mempersepsi
detail-detail dunia dalam kehidupan, tetapi ironisnya jika kita memfiksasi
secara total, dunia kita akan memudar dan menghilang dari pandangan. Peristiwa
tersebut terjadi karena neuron-neuron visual dalam diri merespons perubahan;
jika gambar-gambar retinal distabilkan secara artifisial (dijaga agar tidak
bergerak di retina) gambar mulai hilang dan muncul kembali. Jadi gerakan mata
fiksasional memungkinkan kita melihat selama fiksasi, dengan menjaga agar
gambar bergerak di retina.
Dijelaskan kembali pergerakan ada dua macam gerakan fiksasi mata yaitu; gerakan
mekanisme fiksasi volunteer dan
gerakan mekanisme involunteer.
III.
ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Flash
light
IV. JALANNYA PERCOBAAN
1. Lukisan
Pembuluh Darah dari Purkinye
Didalam
tempat yang agak gelap mata melihat ke kiri. Dari sebelah
kanan, mata sebelah kanan disinari dengan flash light yang digerak-gerakkan.
2. Aliran Darah di dalam Kapiler di dalam Retina
Anda
melihat ke langit yang biru, maka selang beberapa lama anda akan melihat
titik-titik putih yang bergerak.
V. HASIL
PERCOBAAN
1. Lukisan Pembuluh Darah dari Purkinye
Ketika flash light digerak-gerakkan dan menyinari mata
pada orang percobaan terlihat dengan jelas adanya bayang-bayang dari
pembuluh-pembuluh didalam retina seperti
pohon dengan cabang-cabangnya
2. Aliran Darah di dalam Kapiler di dalam Retina
Sesaat selang waktu beberapa detik setelah melihat langit
yang terang, bintik-bintik atau titik-titik berwarna putih yang bergerak seperti muncul dan mengalir.
Ketika pandangan teralih ke tempat lain bintik-bintik tersebut segera
menghilang dari pandangan mata.
VI. KESIMPULAN
Pembuluh darah
dalam mata orang percobaan dapat terlihat ketika disinari dengan senter yang
berada di tempat-tempat yang gelap. Hal ini terlihat dengan jelas cabang-cabang
yang menyerupai pohon dapat disebut baying-bayang dari pembuluh-pembuluh
didalam retina.
Munculnya
titik-titik putih yang bergerak sesaat setelah orang percobaan melhat kearah
langit yang bergerak membuktikan adanya sel darah putih yang mengalir di retina
orang percobaan, dan arah aliran bintik-bintik putih tersebut sesuai dengan
ritmik pompa aliran jantung.
VII. APLIKASI
1.
Jika
seseorang terkena anemia, maka mata akan terliha seperti muncul bintik-bintik
putih.
2.
Ketika
seorang fotografer menyalakan lampu blitz
pada kameranya maka akan terlihat cahaya semu saat orang didepannya menutup
mata.
3.
Dapat
untuk mengetahui kelainan pada mata seseorang seperti katarak.
4.
Dengan
adanya kacamata berwarna hitam dapat mengurangi efek sinar lampu blitz.
Praktikan
DAFTAR
PUSTAKA
Bennet
A.G., Rabbetts R.B. (1998). Clinical
Visual Optics (3rd
ed). Edinburg : Elsevier Science.
Guyton & Hall.(2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th ed.).Jakarta : EGC
Medical Publisher.
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : VISUS
No. Percobaan : IV
I. TUJUAN
PERCOBAAN
Untuk
mengetahui besar atau kecil ketajaman penglihatan seseorang dari fokus retina
dalam bola mata.
II. DASAR
TEORI
Dalam penglihatan, Visus dapat diartikan sebagai ketajaman
atau kejernihan penglihatan, sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari
ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas dari interpretasi di
otak. Dikenal dengan sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk
mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih
dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang
bervariasi.
Visus dipergunakan untuk menentukan
penggunaan kacamata. Dalam visus penderita bukan saja dapat memberi pengertian
tentang optiknya (kacamata) tetapi mempuyai arti yang lebih luas. Visus dapat member keterangan tentang
baik dan buruknya fungsi mata yang ada pada seseorang secara keseluruhan.
Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan
memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan
turunnya visus. Visus perlu dicatat
pada setiap mata yang memberikan keluhan mata. Sehingga dapat ditetapkan pada
penggolongan visus. Adapun
penggolongannya yaitu penglihatan hamper normal, low vision sedang, low vision
berat, low vision nyata, hampir buta
dan buta total.
Pemeriksaan visus dapat dilakukan
dengan menggunakan optotype snellen, kartu cincin landolt, kartu uji E, dan
kartu uji Sheridan / gardiner. Dan yang dipakai dalam percobaan visus ini
adalah optotype snellen. Optotype snellen
terdiri atas sederetan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat
serta disusun dalam baris mendatar. Huruf teratas berukuran besar yang kemudian
dilanjutkan kebawah dan ukurannya pun semakin kebawah semakin kecil. Penderita
membaca optotype snellen dengan jarak 6meter. Hal tersebut dikarenakan pada
jarak tersebut mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa
akomodasi.
Dalam ketajaman visus dari
perkembangan normal dapat tergantung dari input
visual di usia yang sangat muda. Segala macam bentuk gangguan visual yang
menghalangi input visual dalam jangka waktu yang lama memiliki
prubahan-perubahan yang meliputi penurunan nyata dalam jumlah sel-sel yang
terhubung pada mata. Dan dapat juga dari beberapa sel yang menghubungkan kedua
bola mata, yang bermanifestasisebaga hilangnya penglihatan binocular dan
kedalaman persepsi atau streopsis.
III. ALAT
YANG DIGUNAKAN
1. Optotyp dari Snellen
IV. JALANNYA
PERCOBAAN
Orang percobaan berdiri sejauh 6 meter dari
optotyp-optotyp. Oleh pelaku percobaan, ditunjukkan optotyp satu demi satu
mulai dari optotyp yang besar dan ditetapkan huruf yang kecil/terkecil yang
masih dapat dibaca oleh orang percobaan. Bila satu huruf dari baris sudah dibaca salah, berarti bahwa
huruf-huruf yang lain dari baris itu juga tidak kelihatan jelas.
V. HASIL PERCOBAAN
1. Mata Kanan
d : 3 V = d 3
= 0,50 dioptri
D : 6 D 6
2. Mata Kiri
d : 5
V= d : 5
= 0,83 dioptri
D : 6 D 6
VI. KESIMPULAN
Kejernihan penglihatan tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensifitas
dari interpretasi di otak. Agar dapat menghasilkan detail penglihatan, sistem
optik mata harus memproyeksikan gambar yang fokus pada fovea. Ketajaman visus
dipengaruhi oleh diameter pupil dalam mata seseorang.
VII. APLIKASI
1.
Seorang dosen dapat meihat pekerjaan dari mahasiswa
dengan jarak yang dekat, ketika sedikit menjauh dosen tidak dapat meliha
tulisan dari mahasiswa dengan jelas.
2.
Seorang polisi harus memiliki ketajaman mata yang sangat
bagus untuk kegiatan tugas dalam tembak menembak.
3.
Seorang dokter memiliki mata yang jeli terhadap penyakit
yang ada dalam diri / tubuh pasien untuk melihat virus atau bakteri.
4.
Seorang peneliti tumbuhan menggunakan mikroskop untuk
memperjelas bagian-bagian dari tumbuhan yang sedang diteliti.
Praktikan
DAFTAR
PUSTAKA
Atkinson, R.L., Atkinson R.C. &
Hilgrad E.R. (1995).Pengantar Psikologi
(8th ed.). Jakarta : Erlangga.
www.irwanshanari.com/pdf/penurunan-visus-mata.html
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : MELIHAT WARNA
No. Percobaan : V
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk
mengetahui kemampuan seseorang dalam membedakan warna juga pencampuran warna
secara objektif.
II. DASAR TEORI
Pada
dasarnya mata manusia dapat mendeteksi hampir semua gradasi warna bila cahaya monokromatik
dari warna merah, hijau, dan biru dipersatukan dalam bermacam-macam kombinasi.
Hal ini diperjelas oleh Guyton. Dapat dibuktikan bahwa pada uji penglihatan
manusia adanya aneka sensitivitas dari ketiga tipe sel kerucut yang sangat
diperlukan seperti halnya kurva absorpsi
cahaya dari ketiga pigmen yang dapat dijumpai pada sel kerucut yang sesuai.
Satu dari ketiga jenis pigmen warna berada pada setiap sel kerucut yang
berbeda, jadi menyebabkan sel kerucut mempunyai kepekaan yang selektif terhadap
berbagai warna. Sifat absorpsi dari pigmen yang terdapat di
dalam ketiga macam kerucut itu menunjukkan bahwa puncak absorpsi adalah pada panjang gelombang cahaya berturut-turut
sebesar 445, 535, dan 570 nanometer.
Panjang gelombang ini juga merupakan puncak sensitivitas cahaya untuk setiap
tipe kerucut yang dapat mulai dipakai untuk menjelaskan bagaimana retina dapat
membedakan warna.
Dijelaskan,
cahaya merupakan sumber segala warna dan pigmen hanyalah reflektor dan penyerap
cahaya. Pigmen-pigmen tersebut mendapatkan warnanya dengan menyerap bagian
spektrum tertentu dan merefleksikan bagian yang tertinggal. Bila kita mencoba
menguraikan apa yang kita lihat , kita harus menggunakan ketiga dimensi
psikologis yaitu corak warna (hue),
kecerahan warna (brightness) dan
jenuh warna (saturation).
Dalam setiap warna terdapat warna komplementer yang
apabila dicampurkan dengan warna tersebut, akan menghasilkan sensasi putih.
Hitam adalah sensasi yang dihasilkan apabila tidak terdapat cahaya, tetapi
hitam mungkin suatu sensasi positif, karena mata yang buta tidak “melihat
hitam”; mata buta “tidak melihat apa-apa”.
Perubahan
warna dari cahaya yang beriluminasi tidak mengganggu warna yang diterima oleh
ganbaran penglihatan, fenomena ini disebut ketetapan warna. Selain itu
integrasi sinyal warna dan gerak merupakan suatu mekanisme penting untuk
meningkatkan identifikasi warna. Jadi semakin benda itu statis maka warna dapat
lebih jelas dilihat, sedangkan jika benda ttersebut dinamis, maka warnanya akan
lebih sulit dikenali.
Terdapat
beberapa teori tentang persepsi warna oleh Pinel, yaitu :
1. Pemrosesan Komponen-Oponen
Terdapat tiga
macam reseptor (kerucut) warna yang berbeda, masing-masing dengan sensitivitas
spektral yang berbeda dan warna sebuah
stimulus tertentu diduga dikode oleh rasio antara aktivitas ketiga macam
reseptor ini.
2. Konstansi warna
Warna yang
dipersepsi dari sebuah objek bukan merupakan fungsi sederhana dari panjang
gelombang yang dipantulkan.
3. Teori retinek (retinex theory)
Warna sebagai
objek ditentukan oleh reflectance-seberapa
besar proporsi cahaya dangan panjang gelombang cahaya yang berbeda yang
dipantulkan oleh sebuah permukaan.
III. ALAT YANG DIGUNAKAN
1.
Benang wool berbagai warna
2.
Kaca
3.
Kertas
berwarna merah + hijau dan biru + kuning
IV. JALANNYA PERCOBAAN
1. Kemampuan untuk membedakan warna (dari
Holmgrem)
Pemeriksa
percobaan mengambil sau persatu benang wol berwarna hijau, merah dan ungu, dan
merah secara berurutan. Kemudian orang percobaan mencari benang yang sesuai
warnanya dengan yang diambil oleh pengamat percobaan.
2. Pencampuran Warna Secara Objektif
Dua warna kertas diletakkan
berdampingan kemudian diantaranya diletakkan sebuah kaca sehingga 1kertas warna
kelihatan melalui kaca dan bayangan
kertas warna satunya terlihat menutupinya. Kemudian lihat hasil perubahan
warnanya.
V. HASIL
PERCOBAAN
1.
Membedakan
warna
No.
|
Warna
|
Respon
|
Keterangan
|
1.
|
Hitam
|
Hitam
|
Benar
|
2.
|
Ungu tua
|
Ungu tua
|
Benar
|
3.
|
Biru tua
|
Biru tua
|
Benar
|
4.
|
Biru muda
|
Biru muda
|
Benar
|
5.
|
Coklat
|
Coklat
|
Benar
|
6.
|
Orange
|
Orange
|
Benar
|
2.
Pencampuran
warna secara objektif
No.
|
Warna
|
Hasil
|
1.
|
Merah + hijau
muda
|
Orange
|
2.
|
Biru + kuning
|
Hijau
|
VI. KESIMPULAN
Orang
percobaan dapat mengidentifikasi dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan mata orang percobaan dalam membedakan warna adalah normal, dan sel
kerucut yang terdapat dalam mata berfungsi dengan baik. Jadi dapat disimpulkan
bahwa warna yang dapat dilihat oleh Subjek merupakan panjang gelombang yang
berada di puncak sensitivitas sel kerucut,
VII. APLIKASI
1.
Seorang
pelukis dapat memadukan warna dengan baik sehingga menghasilkan lukisan yang
indah dengan menggunakan warna yang cerah dan gelap.
2.
Televisi
berwarna memadukan titik-titik warna-warni yang sangat dekat jaraknya, sehingga
membentuk sebuah gambar.
3.
Seseorang
mampu melihat gradasi warna yang ditampakkan pelangi.
4.
Seseorang
mampu melihat dan membaca rambu-rambu lalulintas.
Praktikan
DAFTAR
PUSTAKA
Atkinson, R.L., Atkinson R.C. &
Hilgrad E.R. (1995).Pengantar Psikologi
(8th ed.). Jakarta : Erlangga.
Guyton &Hall.(2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th
ed.).Jakarta : EGC Medical Publisher.
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : MELIHAT BUTA WARNA
No. Percobaan : VI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk
mengetahui ada atau tidaknya kelainan dalam mlihat warna, sering disebut dengan
menderita buta warna pada seseorang.
II. DASAR TEORI
Buta
warna merupakan kelainan yang disebabkan oleh ketidakmampuan sel-sel kerucut
mata untuk menangkap suatu spectrum warna tertentu akibat faktor genetis atau
sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami pelemahan atau kerusakan
permanen. Sel kerucut yang dipunyai manusia ada 3 yaitu hijau merah biru atau
hijau, merah, kuning sedangkan sel batang putih, hitam abu-abu.
Mata
manusia dapat mendeteksi hampir semua gradasi warna bila cahaya monokromatik merah, hijau & biru
dicampur secara tepat dalam berbagai kombinasi, tergantung persentase campuran
warna-warna dasar tersebut. Buta warna dapat disebabkan oleh penyakit pada
keturunan yang tidak dapat membedakan macam warna. Hal tersebut dapat terjadi
adanya buta warna total yang hanya mengetahui hitam dan putih. Selain itu aa
juga buta warna sebagian yaitu hanya mengetahui warna merah atau biru.
Buta
Warna Total dan Partial ada suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat melihat
warna sama sekali. Cacat tersebut dinamakan buta warna yang mempenagruhi total
maupun sebagian kemampuan individu untuk membedakan warna. Variasi dari buta
warna yang dibawa sejak lahir cukup nyata, antara lain :
a) Akromatisme atau Akromatopsia,
adalah kebutaan warna total dimana semua warna dilihat sebagai tingkatan warna
abu-abu
b) Diakromatisme, adalah kebutaan
tidak sempurna yang menyangkut ketidakmampuan untuk membedakan warna-warna
merah dan hijau.
Dalam
teori Hering tentang Buta Warna Menurut Hering, buta warna partial disebabkan
karena orang tidak mempunyai substansi warna merah-hijau (daltonis). Umumnya
orang menderita buta warna merah-hijau, sedangkan buta warna kuning-hitam
jarang terjadi, juga penderita buta warna yang total jarang terjadi karena itu
jarang ada individu yang tidak mempunyai substansi
fotochemis sama sekali. Adanya 3 macam substansi
fotochemis yang memiliki 6 macam kualitas dan dapat memberikan 6 macam
sensasi. Substansi tersebut dapat dipecah dan dapat dibangun oleh
rangsang-rangsang tertentu. Macam-macam dari substansi itu adalah :
- Substansi putih / hitam
- Substansi merah / hijau
- Substansi kuning / biru
Penjelasan
dari subsatnsi diatas contonya jika terlihat warna putih, berarti semua
gelombang sinar dipantulkan, sedangkan kalau melihat warna hitam berarti semua
gelombang sinar dihisap (diabsorpsi).
III. ALAT YANG DIGUNAKAN
Buku yang berisi tentang
campuran warna-warna yang didalamnya terdapat bulatan membentuk angka.
IV. JALANNYA PERCOBAAN
Ditempat
yang cukup terang
2. Jarak
mata dengan buku 0,5 samapai dengan 1 meter
3. Pelaku praktikan memeriksa dulu dengan
gambar-gambar dalam buku.
4. Orang percobaan diminta untuk menebak
angka dalam gambar.
V. HASIL
PERCOBAAN
No.
|
Angka Pada Buku
|
Respon
|
Keterangan
|
1.
|
12
|
12
|
Benar
|
2.
|
8
|
8
|
Benar
|
3.
|
5
|
5
|
Benar
|
4.
|
29
|
29
|
Benar
|
5.
|
71
|
71
|
Salah
|
6.
|
45
|
45
|
Benar
|
7.
|
2
|
2
|
Benar
|
8.
|
8
|
8
|
Benar
|
9.
|
16
|
16
|
Benar
|
10.
|
(tidak membentuk suatu angka)
|
|
-
|
11.
|
35
|
35
|
Benar
|
12.
|
96
|
96
|
Benar
|
13.
|
(Tidak membentuk suat angka)
|
|
-
|
VI. KESIMPULAN
Kemampuan
orang percobaan dalam melihat suatu tulisan dari bentukbentuk suat gambar yang
berwarna cukup bagus. Sebagian besar orang percobaan mampu menjawab angka
dengan tepat. Hal tersebut menunjukkan tidak ada kelainan yang disebabkan oleh
ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spectrum warna tertentu akibat faktor genetis atau sel-sel kerucut
didalam retina mata mengalami
pelemahan atau kerusakkan permanen.
VII. APLIKASI
5.
Pada
saat membeli sepatu ditempat yan tidak cukup terang terdapat berbagai warna
sepatu. Dan seorang tidak dapat membedakan antara warna hitam dan biru tua.
6.
Seorang
anak kecil menyukai permen yang warnanya lebih dominan cerah.
7.
Pada
mainan kotak berwarna anak-anak terdapat angka-angka untuk menebak.
8.
Pada
background aquarium terdapat warna-warna biru tua, hijau, hitam agar ikan-ikan
berwarna terang dapat terlhat.
Praktikan
DAFTAR
PUSTAKA
Atkinson, R.L., Atkinson R.C. &
Hilgrad E.R. (1995).Pengantar Psikologi
(8th ed.). Jakarta : Erlangga.
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Guyton &Hall.(2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th
ed.).Jakarta : EGC Medical Publisher.
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : PENGLIHATAN PADA WAKTU REMANG-REMANG
No. Percobaan : VII
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk
mengetahui bagaimana proses penglihatan seseorang pada waktu remang-remang.
II. DASAR TEORI
Saat seseorang berada pada ruangan yang remang-remang
dalam waktu yang cukup lama, retina
berlahan-lahan menjadi lebih sensitif terhadap cahaya. Penurunan ambang
penglihatan ini dikenal sebagai adaptasi
gelap. Adaptasi ini mencapai
maksimal kira-kira 10 menit, sekalipun terjadi penurunan lebih lanjut setelah
waktu yang lebih lama. Sebaliknya bila dari remang-remang melihat ke arah terang, cahaya yang dirasakan
terasa silau. Mata beradaptasi ini
memerlukan waktu kira-kira 5 menit. Waktu yang diperlukan untuk adaptasi gelap
ditentukan oleh pembentukan rhodopsin
yang terurai pada saat terang. Waktu yang diperlukan dalam cahaya remang-remang
untuk penimbunan jumlah pigmen
tertentu yang diperlukan untuk fungsi optinurs
sel batang.
Dalam segmen luar dari bacillus
(sel batang) terdapat pigmen
rhodopsin berwarna merah. Saat terang rhodopsin
tidak ada kerena terus-menerus dipecah menjadi scotopsin dan retinen,
saat gelap rhodopsin tidak dipecah
sehingga tertimbun. Banyaknya vitamin A yang diubah menjadi retina yang kemudian diubah menjadi pigmen peka cahaya tambahan, dimana
batas akhirannya ditentukan oleh adanya efek ini, maka reseptor penglihatan
secara bertahap akan menjadi peka sekali sehingga terangsang dengan jumlah
cahaya yang sedikit saja, kemudian ini disebut adaptasi gelap. Apabila
seseorang terus berada ditempat yang gelap untuk waktu yang sangat lama maka
hampir semua retina dan opsiri yang berada di esl batang dan sel kerucut diubah
menjadi pigmen peka cahaya.
Ketika dilakukan segmen kemudian ditemukan fotokimia yang
terdapat pada cahaya, jika di dalam sel batang terdapat mosodopsin dan jika di dalam sel
kerucut terdapat iodopsin
yang hampir sama dengan rhodopsin
terkecuali apabila adanya perbedaan kepekaan terhadap spektrum cahaya. Sel
kerucut yang aktif hanya dapat terlihat dengan baik ketika dilakukan
penglihatan diwaktu siang hari. Jika tidak datang dari tempat terang maka
kepekaan dalam retina semakin lama akan bertambah maksimum setelah 20menit.
Pada saat terang maka rhodopsin tidak ada, hal tersebut dikarenakan rhodopsin
terus menerus dipecah menjadi scotopsin dan retinen. Dan pada saat gelap
rhodopsin tidak dipecah sehingga menjadi tertimbun.
III. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Kertas hitam dan putih
2. Kertas
yang berwarna merah dan biru
3. Ruangan remang-remang
IV. JALANNYA PERCOBAAN
1. Didalam ruangan yang
remang-remang melihat dengan satu mata ke titik yang ada di tengah-tengah di
anatara lima buah titik putih yang terdapat pada dasr hitam.
2. Melihat kertas berwarna
merah yang berdampingan dengan kertas berwarna biru pada tempat yang terang,
Kemudian lihat kertas-kertas yang berwarna itu pada tempat yang remang-remang.
V. HASIL
PERCOBAAN
1. Orang percobaan dapat
melihat bulatan titik putih ditengah-tengah lebih terang, daripada bulatan
titik-titik putih yang lain yang terdapat pada dasar hitam.
2. Pada tempat yang terang,
warna merah lebih kelihatan mencolok daripada warna biru, sedangkan pada ruangan
remang-remang warna biru kelihatan lebih terang daripada warna merah.
VI. KESIMPULAN
Kertas berwarna
merah lebih cepat beradaptasi dengan gelap karena warna tersebut sedikit sekali
merangsang sel batang pada saat penglihatan pada keadaan terang.
Pada saat
remang-remang hanya terjadi penglihatan sel batang, warna biru tersebut jatuh
dikawasan sel jala bersama dengan meningkatnya kepadatan sel-sel kerucut dan
warna biru dikawasan sel batasnya lebih padat.
Hal tersebut
dikarenakan sensitifitas dari sel-sel retina dan fotokimiawi terhadap cahaya
yang mempengaruhi mata orang percobaan melihat objek.
VII. APLIKASI
1.
Pada
seorang peneliti didalam tanah dapat melihat ditempat yang tidak terlalu
terang.
2.
Pada
seorang pelayan ditempat-tempat yang remang-remang dapat mengenal pembeli.
3.
Seorang
ibu rumah tangga pergi untuk membeli belanja pada dini hari yang kurang adanya
cahaya matahari.
Praktikan,
DAFTAR
PUSTAKA
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Walgito, B. (2002) Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offet.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : ABERASI - CHROMATIS
No. Percobaan : VIII
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui apakah orang
percobaan mengalami aberasi-chromatis
ataukah tidak ketika melihat suatu benda tertentu.
II. DASAR TEORI
Aberasi adalah
suatu keadaan dimana pemusatan sinar tidak menjadi satu titik. Aberasi dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
1. Aberasi Sphartis
Terjadi karena sinar yang sejajar dengan axis principalis yang tepinya memiliki
pembiasan yang tidak sama dengan sinar ditengah. Sinar-sinar tepi dibiaskan
lebih kuat. Ini terjadi karena lensa
kristalina / mata tidak terbentuk sedemikian teratur. Sebenarnya, berkas
cahaya yang melalui tepi lensa mata tidak dilenturkan ke fokus yang benar-benar
tajam dengan berkas cahaya lainnya. Aberasi
jenis ini dapat diatasi oleh iris mata.
2. Aberasi Chromatis
Prinsip dasar terjadi aberasi
chromatis oleh karena fokus lensa benda-benda untuk tiap-tiap warna.
Akibatnya, bayangan yang terbentuk akan tampak berbagai jarak dari lensa. Ada
dua macam aberasi chromatis, yaitu:
1.
Aberasi
Chromatis Longitudinal
Merupakan
perubahan jarak bayangan sesuai dengan indeks bias.
2.
Aberasi
Chromatis Laterat
Merupakan
perubahan aberasi dalam ukuran bayangan. Untuk menghilangkan terjadinya aberasi chromatis ,dipakai lensa finta dan kaca krown, lensa kembar ini disebut achromatic double lens.
Beberapa hal yang mengakibatkan tidak terjadinya aberasi, yaitu:
1.
Bentuk lensa dan kornea
yang mengurangi terjadinya aberasi.
2.
Substansi
lensa yang sedemikian rupa, dimana substansi lensa luar dengan substansi
dalam berbeda dalam kepekaannya.
3.
Retina mempunyai
nilai ambang akan kepekaannya tertentu terhadap warna kuning serta terhadap
warna biru.
4.
Iris yang
bekerja sebagai diafragma dapat menolak masuknya sinar dari tepi.
Supaya
orang dapat melihat dengan jelas, bayangan di retina harus jelas dan intensitas cahaya harus cukup besar, oleh
karena itu nilai ambang conus
berbeda-beda, makin besar intensitas cahaya makin banyak conus yang bereaksi.
III. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Kertas hitam dan putih
2. Sebuah kartu
IV. JALANNYA PERCOBAAN
Dengan satu
mata melihat ke batas vertikal antara hitam dan putih. Gerakkan sepucuk kartu
dari kanan ke kiri di muka mata orang percobaan sampai setengah dari pupil
tertutup. Kemudian terlihat batas tadi berwarna merah atau ungu.
V. HASIL
PERCOBAAN
Terlihat batas
yang berjalan vertical tersebut berwarna merah keungu-unguan.
VI. KESIMPULAN
Peristiwa aberasi-chromatis terbukti pada orang
percobaan yang melihat warna hitam pada garis vertikal hitam dan putih yang
terjadi sebagai akibat perbedaan indeks bias lensa terhadap panjang gelombang
cahaya yang berbeda, sehingga sinar tidak terpusat atau hanya pada satu titik.
VII. APLIKASI
1.
Saat
memasuki bioskop yang intensitas cahayanya remang-remang, maka pupil akan
membesar.
2.
Saat
berkendara malam hari maka pupil akan membesar untuk menangkap cahaya
sebanyak-banyaknya sehinggga kita dapat beradaptasi dengan jalanan yang kurang
ada cahaya.
3.
Ketika
membaca buku maka kita akan melihat huruf-huruf yang tersusun lebih kecil dari
lingkungan sekitar buku, pada saat membaca buku inilah maka pupil akan
mengerut.
Praktikan
DAFTAR
PUSTAKA
Carlson,
N.R (2005). Foundation of Physiological Psychology (6th ed). Baston : Pearson Education, Inc
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Passer,
M.W. & Smith R.E (2007). Psychology : The Science of Mind and Behavior (3rded).
New York : The McGrow-Hill Companies, Inc.
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : KONTRAS-KONTRAS
No.
Percobaan : IX
I. TUJUAN
PERCOBAAN
Untuk mengetahui kemampuan mata
seseorang dalam melihat kontras warna dan untuk mengetahui berbagai macam warna
yang terbentuk dari proses pencampuran warna-warna yang kontras.
II. DASAR
TEORI
Dalam berbagai macam warna,
masing-masing mempunyai sifat sendiri-sendiri. Masing-masing warna merupakan
warna elementer. Di antara warna-warna elementer didapati warna-warna yang
menyolok sekali, dan ini merupakan warna primer atau warna pokok.
Warna
pokok menurut teori Hering dibagi menjadi 4 macam yaitu merah, kuning, hijau
dan biru. Srhingga warna yang lain hanya merupakan campuran dari campuran dari
warna-warna pokok tersebut. Namun menurut teori Thomas Young warna dibagi
menjadi 3 macam yaitu merah, hijau dan biru. Kemudian teori dari tebut ini
diperkuat oleh Herman von Helmholtz dan dikenal
dengan teori Young Helmholtz
Dalam setiap warna memiliki 3 sifat :
gradasi (hue), intensitas, dan
saturasi (derajat kebebasan dari pengenceran dari warna putih). Untuk setiap
warna terdapat warna komplementer yang bila dicampurkan secara pas dengan warna
tersebut akan menghasilkan warna putih. Hitam
adalah kesan yang dihasilkan bila tidak terdapat cahaya. Permainan warna
dapat menimbulkan fenomena kontras baik berurutan (simultan) maupun bersamaan
(suksesif) dan juga fenomena after image
positif dan negatif.
Dalam warna spektrum, ditemukan
hubungan yang menarik terjadi antara berbagai warna. Apabila cahaya warna
dicampurkan dengan proporsi yang sesuai, warna tersebut akan hilang dan berubah
menjadi abu-abu netral. Pencampuran cahaya merupakan percampuran yang aditif
(bersifat menambah). Dengan pencampuran aditif, hampir seluruh lingkaran warna
dapat dibuat hanya dengan tiga warna. Penambahan warna itu terjadi karena
titik-titik tersebut begitu dekat satu dengan yang lain sehingga mata tidak
dapat memisahkannya, akibatnya bayangan pada selaput jala bertumpang tindih.
Contrast
enhancement
(peningkatan kontras) bukanlah sesuatu yang terjadi pada gambar ataupun buku.
Hal yang biasanya tidak menyadarinya. Karena kita menganggap setiap batas yang
kita lihat dipertajam oleh mekanisme-mekanisme peningkatan kontras pada sistem
saraf.
Dijelaskan oleh Shapiro tentang objek objek visual yang
dapat dilihat dari warna dan kontrasnya. Fakta yang didapat dari penelitiannya
yaitu:
1.
model dapat diprediksi dengan benar
jika ada jarak kekontrasan antara warna yang berbeda
2.
respon dari kekontrasan lebih cepat
daripada respon terhadap warna
3.
respon terhadap kekontrasan
tergantung dengan ambang batas dari berbagai kondisi
4. modulasi
yang tidak serempak dapat dilihat ketika stimulus lebih kabur.
III.
ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Kertas abu-abu
2. Kertas
berwarna merah, hijau, biru, kuning, putih dan hitam
3. Dua
lampu
4. Kaca (plastik kertas terang yang
tembus) berwarna merah dan kuning, hijau serta biru.
5. Kertas berwarna putih dan merah
6. Tongkat
7. Layar putih (tembok yang putih)
IV. JALANNYA
PERCOBAAN
1. Kontras
Simultan
a. Kertas berwarna abu-abu diletakkan di atas kertas yang berwarna
putih-hitam, hijau, merah, biru dan kuning.
b. Dari suatu
tongkat yang berdiri dengan dua lampu di buat dua bayang-bayang yang berdekatan
dengan tembok atau layar yang putih. Satu lampu ditutup dengan kaca yang
berwarna atau kuning.
c. Kerjakan
juga, bila satu lampu ditutup dengan kaca biru dan kemudian kaca hijau
2. Kontras Successif
Melihat selama
setengah menit ke palang merah di atas dasar putih, kemudian pandanglah ke
suatu tempat pada dasar yang putih disamping palang merah tersebut.
V. HASIL PERCOBAAN
1. Kontras Simultan
a. Urutan
warna paling gelap ke terang
Hitam, merah, biru, hijau,
kuning, putih
b. Warna
bayangan tongkat
No
|
Warna Lampu
|
Warna bayangan
|
1
|
Merah
|
Merah muda
|
2
|
Hijau
|
Coklat
|
3
|
Biru
|
Hitam
|
4
|
Merah + Hijau
|
Coklat
|
5
|
Kuning + Biru
|
Coklat
|
6
|
Merah +
Kuning
|
Merah muda
|
7
|
Biru +
Hijau
|
Hitam
|
8
|
Hijau + Kuning
|
Coklat
|
9
|
Hitam + Putih
|
Abu-abu
|
c. Plastik biru = Kuning
Plastik hijau = Coklat
2. Kontras Successif
Orang
percobaan melihat bayangan palang merah tersebut pada layar dengan dasar putih
setelah mengalihkan pandangan dari gambar palang merah.
VI. KESIMPULAN
Hal yang terlihat pada kontras mempengaruhi hasil yang
akan terliat didasarkan pada variasi warna pada percobaan.
Membuktikan adanya peristiwa kontras karena dapat melihat
bayangan pengiring saat mengalihkan pandangan.
VII. APLIKASI
1.
Untuk
memadukan warna baju agar tampak menarik dilakukan oleh penjahit.
2.
Dalam
bidang pertelevisian untuk menghasilkan gambar yang kontras dan nyaman untuk
dilihat.
3.
Dalam
bidang properti seperti arsitektur atau penataan ruang agar menghasilkan
ruangan yang menarik.
Praktikan,
DAFTAR
PUSTAKA
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Walgito, B. (2002) Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offet.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : MELIHAT TIGA DIMENSI
No. Percobaan : X
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui
pengaruh tiga buah benda tiga dimensi yang
berjejer terhadap penglihatan, pengaruh benda tiga
dimensi yang berbeda
jarak dan pengaruh lapang pandang terhadap penglihatan pada benda tiga
dimensi.
II. DASAR TEORI
Apabila seseorang melihat suatu benda,
maka dari benda itu dapat dilihat bentuk, jarak, warna, dan geraknya. Secara
alur, dapat dikemukakan bahwa proses persepsi berlangsung sebagai berikut :
1) Stimulus
mengenai alat indera, hal ini merupakan proses alamiah dan terjadi secara
fisik.
2) Stimulus
dilangsungkan ke otak oleh saraf sensoris, proses ini merupakan proses
fisiologis.
3) Di otak terjadi proses yang membuat individu
mempersepsi apa yang diterima oleh otak, proses ini adalah proses psikologis.
Persepsi mengenai benda 3 dimensi
dibentuk di dalam otak manusia melalui perhitungan perbedaan retina dan
diintrepretasikan sebagai benda 3 dimensi. Pembentukan persepsi mengenai benda
3 dimensi terjadi secara perlahan-lahan. Manusia mengembangkan persepsi ini
sejak masa bayi. Khususnya intreprestasi binocular.
Mekanisme dasar dari kemampuan ini sudah ada di visual cortex, namun hanya
dengan pembelajaranlah seseorang dapat mengintrepretasinya. Stereoscopic vision membantu manusia
untuk dapat membedakan tekstur dan dapat memperkirakan ukuran.
Mekanisme terbentuknya bayangan
benda tiga dimensi di mata sebagai berikut; masing-masing mata menangkap dua bagian benda yang
berbeda. Kemudian hasil perekaman gambar ini dikirim ke dalam otak. Ketika dua
gambar diterima secara simultan di dalam otak bagian belakang, maka disanalah
terjadi penggabungan gambar. Pikiran kita mengombinasikan dua gambar dengan
menyocokkan kesamaan dan menambahkan dalam perbedaan yang kecil. Hingga akhirnya
perbedaan itu semakin besar pada hasil akhir penyatuan gambar. Maka terlihatlah
benda 3 dimensi tersebut. Impuls-impuls yang diterima retina dari berkas cahaya
yang kemudian menyatu membentuk bayangan
benda utuh disebut fusi.
Stimulus visual juga
mempunyai ciri-ciri yang berkaitan dengan jarak pengamat, yang disebut isyarat
jarak (distance cues). Sebagian faktor ini hanya ada bila pandangan menggunakan
kedua mata (isyarat binokular); sebagian lagi ada pada stimulus pada setiap
mata (isyarat monokular). Setidaknya ada enam macam isyarat jarak monokular,
yaitu :
1.
Superposisi
2.
Ukuran
relatif
3.
Ketinggian
dalam bidang
4.
Perspektif
linear
5.
Pemakaian
pergerakan
6.
Gradien
tekstur
III. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Tiga
buah batang
2. Tabung
dengan tiga buah batang
3. Prisma
dari karton atau kayu
4. Alat Howard – Dolman
IV. JALANNYA PERCOBAAN
1. Melihat dengan dua mata
kesatu batang yang ada ditengah-tengah dari tiga batang berdiri yang ada dalam
suatu garis berturut-turut.
2. a. Melihat
dengan kedua mata melalui satu tabung dimana dalam tabung itu terletak tiga
batang yang terletak vertikal.
b. Kemudian
melihat tabung lagi tapi batang-batang tersebut dalam keadaan horizontal.
3. Melihat dengan kedua mata
ke suatu bangunan prisma yang berdiri dengan satu tepi atau sisi kearah orang
percobaan, kemudian berganti mata kiri ditutup dan mata kanan ditutup.
4. Percobaan dengan menggunakan alat Howard – Dolman
Sebuah kotak dengan
tongkat yang satu tetap, yang satu lagi dapat digerakkan dengan tali sepanjang
2x6 meter. Orang percobaan melihat tongkat sambil menggerakan atau mengatur
tongkat yang terikat pada tali tersebut sehingga terlihat sebagai tongkat
sejajar dari jarak 6 meter. Lihat dengan satu mata, kemudian atur dengan
melihat dengan kedua mata.
V. HASIL
PERCOBAAN
1. Batang yang ada disebelah
mata orang percobaan dan disebelah belakang orang percobaan juga terlihat dua.
No.
|
Posisi batang
|
Terjauh
|
Terdekat
|
Keterangan
|
1.
|
Vertikal
|
No. 1
|
No. 3
|
Benar
|
2.
|
Horizontal
|
No. 1
|
No. 3
|
Benar
|
2.
No
|
Pilihan
|
Sisi yang dilihat
|
1
|
Dua mata
|
Depan, kanan, dan kiri
|
2
|
Mata kanan
|
Depan dan kanan
|
3
|
Mata kiri
|
Depan dan kiri
|
3.
3.
Percobaan
dengan menggunakan alat Howard – Dolman
No
|
Keterangan
|
Dua Mata
|
Mata Kanan
|
Mata Kiri
|
|||
X
|
d
|
x
|
d
|
x
|
d
|
||
1
2
3
|
Depan
|
23
31
25
|
7
1
15
|
21
32
43
|
9
2
13
|
49
40
45
|
19
10
15
|
1
2
3
|
Belakang
|
28
25
27
|
2
5
3
|
41
39
41
|
11
9
11
|
32
34
33
|
2
4
3
|
Keterangan
x =
Jarak
30 =
Standar
d =
Besar simpangan : X – Standar
VI. KESIMPULAN
1.
Pada mata orang percobaan terjadi fusi bayangan
penglihatan retina. Hal tersebut disebabkan adanya titik disparant paa retina.
2.
Dalam kedua mata orang percobaan berfungsi dengan baik
dalam menentukan jarak antara benda dengan mata.
3.
Pada mata orang percobaan dapat disimpulkan bahwa mata
kiri dan mata kanan terdapat penglihatan yang berbeda.
4.
Antara mata kiri dan mata kanan orang percobaan terdapat
penglihatan yang berbeda.
VII. APLIKASI
a.
Seorang
pengrajin mainan anak kecil mampu mengetahui dan membuat benda-benda tiga
dimensi.
b.
Guru
seni untuk mengajarkan pada murid-muridnya harus mampu memahami tentang tiga
dimensi.
c.
Pada
kaca mata 3D digunakan pada film yang menggunakan efek 3D.
d.
Pada
para arsitektur menggunakan objek-objek tiga dimensi untuk merancang suatu
Bangunan.
Praktikan
DAFTAR
PUSTAKA
Carlson,
N.R (2005). Foundation of Physiological Psychology (6th ed). Baston : Pearson Education, Inc
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Passer,
M.W. & Smith R.E (2007). Psychology : The Science of Mind and Behavior (3rded).
New York : The McGrow-Hill Companies, Inc.
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
LAPORAN
PRAKTIKUM
PSIKOLOGI
FAAL
Nama Percobaan : PROYEKSI TERBALIK DARI BAYANG-BAYANG RETINA
No. Percobaan : XI
Nama Orang Percobaan : Klasikal
Nama Pelaku Percobaan : Klasikal
I.
TUJUAN PERCOBAAN
untuk
mengetahui proyeksi terbalik dari baying-bayang pada retina. Dapat membuktikan juga fenomena
fosfen pada mata.
II.
DASAR TEORI
Retina merupakan selapis tipis sel yang
terletak pada bagian belakang bola mata
vertebrata dan tephalopoda yang
mengubah cahaya menjadi sinyal syaraf.
Retina memiliki sel fotoreseptor (“Rods”
dan “cones”) yang menerima cahaya.
Sinyal yang dihasilkan kemudian mengalami proses rumit yang dilakukan oleh neuron retina yang lain, dan dapat
diubah menjadi potensial aksi pada sel
ganglion retina. Retina tidak hanya mendeteksi cahaya melainkan juga
memainkan peran penting dalam persepsi visual.
Di
dalam retina terdapat sel-sel kerucut yang berfungsi untuk penglihatan warna,
namun terdapat juga sel-sel batang yang berfungsi sebagai penglihatan dalam
keadaan gelap. Apabila sel batang dan
sel kerucut akan ditransmisikan
sinyal melalui lingkaran sel syaraf dalam retina itu sendiri dan ke dalam sel syaraf optik korteks selibri. Retina
pada manusia memiliki lapisan-lapisan yang memperlihatkan komponen-komponen fungsional
retina yang tersusun dalam lapisan-lapisan dari luar ke dalam ke arah kornea,
lapisan-lapisan tersebut adalah :
-
Retinal
pigment ephiterrum (RPE)
-
Lapisan
fotoreseptor segmen dalam dan luar (Rods/Cones)
-
Membran
limitans eksterna
Lapisan yang membatasi
bagian dalam fotoreseptor dari inti selnya
-
Lapisan
luar inti sel fotoreseptor
-
Lapisan
luar plexiformis
Pada bagian macular, ini
dikenal sebagai “lapisan serat henle” (fiber layer of henle)
-
Lapisan
dalam badan inti
-
Lapisan
dalam plexiformis
Lapisan yang terdiri dari
inti sel ganglion dan merupakan asal dari serat syaraf optik.
-
Lapisan
serat syaraf
Yang mengandung
akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju ke nervus opticus
-
Membran
limitans interna
Tempat sel-sel muller berpijak
Penyempitan
dan pelebaran biji mata atau dikendalikan oleh sistem syaraf otomatik (automatic
nervous system). Bagian parasismpatik mengontrol perubahan
cahaya. Cahaya masuk diatur oleh diameter biji atau pupil, kemudian lensa mata memfokuskan pada permukaan yang peka terhadap
cahaya yaitu selaput jala atau retina.
III.
ALAT YANG DIGUNAKAN
-
Tabung
kecil sepanjang 15 mm dengan lubang di dasarnya.
-
Pensil
IV.
JALANNYA PERCOBAAN
1)
Fenomen
Fosfen
OP
melihat dengan mata kanan ke kiri (melirik). Kemudian tekan dengan jari pada
bola mata kanan melalui pelupuk mata di sebelah kanan. Maka di sebelah kiri
kelihatan suatu titik hitam.
2)
Satu
Mata Ditutup
Di
muka mata OP ditempatkan sebuah tabung sepanjang 15 mm dengan satu lubang di
dalam dasarnya. Dengan melihat melalui lubang tersebut ke tempat yang terang.
Antara tabung dan mata (tepat di muka) ditempatkan ujung/pucuk dari sebuah
pensil. Maka akan terlihat suatu bayangan yang terbalik dari pucuk/ujung pensil
tersebut.
V.
HASIL PERCOBAAN
1.
Pada
saat bola mata ditekan dengan jari melalui pelupuk mata di sebelah kanan, maka
kemudian terlihat di sebelah kiri suatu bintik hitam.
2.
Terlihat
baying-bayang yang terbalik dari pucuk atau ujung pensil tersebut.
VI.
KESIMPULAN
Terlihat
bintik hitam di sebelah kiri terjadi dikarenakan adanya sinar yang sejenis
tepat jatuh pada sentra retina kanan
tidak dapat jatuh di sentra maka akibat tekanan pada pelupuk mata kanan. Hal
tersebut membuktikan adanya fenomena fosfen.
Dapat
dibuktikan dengan jelas bahwa pada retina
terjadi proyeksi terbalik dari baying-bayang ujung pensil yang disebabkan oleh
adanya perbedaan indeks bias lensa mata dan udara sehingga berkas cahaya datang
dibelokkan ke mata.
VII.
APLIKASI
-
Seorang
fotografer melakukan pemotretan dengan baik menggunakan satu mata (mata ditutup
satu)
-
Seorang
dokter mata mengetahui bagian-bagian mata untuk dapat mengobati pasiennya.
-
Seorang
penjual kacamata mampu mengetahui kemampuan penglihatan mata dengan mempelajari
organ mata terlebih dahulu.
Praktikan
DAFTAR
PUSTAKA
Atkinson, R.L., Atkinson R.C. &
Hilgrad E.R. (1995).Pengantar Psikologi
(8th ed.). Jakarta : Erlangga.
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Guyton &Hall.(2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th
ed.).Jakarta : EGC Medical Publisher.
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : MEDAN PENGLIHATAN
No. Percobaan : XII
Nama Orang Percobaan : Klasikal
Nama Pelaku Percobaan : Klasikal
I. TUJUAN
PERCOBAAN
Untuk
mengetahui bagaimana perbedaan dari mata kanan dan kiri dengan melihat pada
satu titik dari sudut yang berbeda-beda dan juga bagaimana ketajaman dari
masing-masing orang.
II. DASAR TEORI
Medan
penglihatan atau disebut juga sebagai daerah penglihatan merupakan suatu
dataran atau area disekitar objek yang terlihat mata bila mata memandang ke
objek tersebut. Daerah ini berupa kerucut
dengan puncak agak dibelakang pupil.
Lapangan mata sebelah pasterior
akan memantau mata pada suatu titik pada lapangan pandangan yang digunakan agar
mencegah terjadinya gerakkan bayangan menyilang pada mata. Untuk melepaskan
diri dari fiksasi penglihatan ini implus volunter harus ditransmisikan dari area lapangan mata volunter yang terletak diarea fontal.
Mata diatur oleh tiga pasangan otot yang terpisah, yaitu:
1.
Rektus
Medial dan Lateral
Berkontraksi secara timbal balik untuk menggerakkan mata
dari satu sisi kesisi yang lain.
2.
Rektus
Inferior dan Superior
Berkontraksi secara timbal balik untuk menggerakkan mata
keatas dan kebawah.
3.
Ablidus
Superior dan Inperior
Berfungsi untuk memutar bola mata agar pandangan pada
posisi tegak.
Untuk dapat
menggunakan kemampuan mata yang hampir sama pentingnya dengan sistem intepretasi sinyal penglihatan dari mata
adalah sistem pengaturan cerebral
untuk mengarahkan mata menuju objek yang akan dipandang.
Fiksasi
penglihatan berasal dari mekanisme umpan balik negatif yang akan mencegah objek perhatian agar tidak meninggalkan
bagian forea retina. Normalnya mata
mempunyai tiga macam gerakkan yang berjalan secara konsistennya namun hampir
tak tersisa, yaitu:
1.
Tremor yang
terus menerus dengan kecepatan 30 sampai 80 siklus perdetik yang disebabkan
oleh kontraksi yang beraturan dari
motor unit otot-otot mata.
2.
Penyimpangan yang lambat dari bola mata kesatu jurusan
atau ke jurusan lain.
3. Gerakkan cekliberi tiba-tiba yang diatur oleh mekanisme fiksasi volunter.
Daerah penglihatan terjadi karena kontraksi otot-otot
yang menggerakkan bola mata, otot itu antara lain:
a.
Musculus
Rektus, yang merupakan otot lurus
b.
Musculus
Oblingus, merupakan alat-alat miring
III. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Perimeter
2. Bulatan-bulatan
selebar 1 cm yang berwarna putih, hijau, kuning, biru dengan tongkat
IV. JALANNYA PERCOBAAN
Satu mata dari
orang percobaan ditutup, mata lain melihat di tengah-tengah lengkung, dagu
ditempatkan pada sokongan. Dari ujung
lengkung digerakkan ketengah-tengah
sebuah benda selebar 1 cm dan diminta supaya orang percobaan memberitahu
apabila ia sudah melihat benda tersebut. Pemeriksaan diulang setelah setiap
kali lengkung diputar sejauh 15 derajad.
Pemeriksaan
diulangi dengan memperlihatkan benda berwarna merah, hijau, kuning dan biru.
Orang percobaan diminta menyebut warna benda tepat setelah ia mengenalnya.
V. HASIL
PERCOBAAN
Derajat
|
Merah
|
Biru
|
Putih
|
Hijau
|
Kuning
|
|||||
Kanan
|
Kiri
|
Kanan
|
Kiri
|
Kanan
|
Kiri
|
Kanan
|
Kiri
|
Kanan
|
Kiri
|
|
0
|
15
|
24
|
43
|
20
|
10
|
23
|
21
|
24
|
39
|
27
|
30
|
40
|
35
|
42
|
50
|
33
|
30
|
30
|
35
|
38
|
23
|
60
|
45
|
60
|
50
|
50
|
28
|
21
|
43
|
20
|
43
|
27
|
90
|
60
|
70
|
70
|
46
|
65
|
62
|
58
|
76
|
50
|
36
|
120
|
50
|
56
|
70
|
89
|
43
|
50
|
30
|
54
|
48
|
59
|
150
|
57
|
48
|
62
|
50
|
39
|
38
|
40
|
38
|
41
|
53
|
180
|
38
|
41
|
48
|
47
|
32
|
30
|
29
|
31
|
39
|
30
|
210
|
41
|
39
|
51
|
52
|
18
|
18
|
30
|
21
|
42
|
39
|
240
|
48
|
53
|
42
|
65
|
28
|
30
|
32
|
34
|
30
|
34
|
270
|
38
|
72
|
60
|
89
|
50
|
63
|
37
|
75
|
42
|
49
|
300
|
57
|
50
|
63
|
68
|
48
|
35
|
40
|
61
|
58
|
48
|
330
|
64
|
44
|
64
|
43
|
56
|
38
|
32
|
31
|
35
|
30
|
360
|
40
|
45
|
54
|
50
|
40
|
42
|
38
|
37
|
29
|
36
|
Nilai
|
Merah
|
Biru
|
Putih
|
Hijau
|
Kuning
|
|||||
Kanan
|
Kiri
|
Kanan
|
Kiri
|
Kanan
|
Kiri
|
Kanan
|
Kiri
|
Kanan
|
Kiri
|
|
Tertinggi
|
64
|
72
|
70
|
89
|
65
|
63
|
58
|
76
|
58
|
59
|
Terendah
|
15
|
24
|
42
|
20
|
10
|
18
|
21
|
20
|
29
|
23
|
VI. KESIMPULAN
Penglihatan
tiap warna berbeda karena tiap warna memiliki intensitas yang berbeda-beda
sehingga mempengaruhi retina dalam
menangkap warna. Mata kanan dan mata kiri mempunyai perbedaan dalam melakukan
penglihatan dari berbagai sudut, Setiap orang juga mempunyai sudut pandang
penglihatan yang berbeda-beda pula.
VII. APLIKASI
1.
Digunakan
oleh para pemburu agar dapat menguasai medan buruannya melalui penglihatannya.
2.
Digunakan
dalam pekerjaan seorang pilot dimana ia harus memiliki mata yang sehat dengan
jarak pandang yang normal.
3.
Dapat
diterapkan dalam ilmu kedokteran.
Praktikan
DAFTAR
PUSTAKA
Atkinson, R.L., Atkinson R.C. &
Hilgrad E.R. (1995).Pengantar Psikologi
(8th ed.). Jakarta : Erlangga.
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Guyton &Hall.(2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th
ed.).Jakarta : EGC Medical Publisher.
LAPORAN
PRAKTIKUM
PSIKOLOGI
FAAL
Nama Percobaan : NODA BUTA
No. Percobaan : XIII
Nama Orang Percobaan : Klasikal
Nama Pelaku Percobaan : Klasikal
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk
mengetahui batas proyeksi noda buta pada mata seseorang dan sejauh mana derajat
mata seseorang mengalami noda buta.
II.
DASAR TEORI
Noda buta adalah sesuatu titik dimana akson
meninggalkan mata sehingga tidak ada reseptor, tidak sensitif terhadap cahaya,
normal jika dibawah 40 cm. Letak titik buta ada di seberang bintik kuning/fovea nasalis, mata tidak peka terhadap
cahaya karena tidak ada sel batang dan sel kerucut. Sel kerucut dan sel batang
dipersyarafi oleh syaraf otot (syaraf
cranial II).
Setiap
benda yang terkena cahaya akan membiaskan cahaya tersebut melalui kornea. Hasil cahaya yang terbias
tersebut masuk ke dalam mata melalui pupil
lalu masuk ke dalam lensa mata, pada lensa mata difokuskan dan jatuh pada
bintik kuning pada bintik kuning
terdapat sel batang dan sel kerucut. Sel kerucut peka terhadap cahaya dan
berfungsi sebagai fotoreseptor. Rangsang yang diterima sel kerucut berupa
cahaya akan diubah menjadi impuls untuk dikirim ke syaraf optik diotak besar
bagian belakang (lobus aksipitalis).
Impuls
yang diterima kemudian diinterpretasikan menjadi kesan melihat. Pada mata
selain terdapat bintik kuning juga terdapat bintik buta. Bintik buta tidak peka
terhadap cahaya karena tidak memiliki sel batang dan sel kerkucut. Apabila
bayangan benda jatuh pada bintik kuning, benda akan terlihat, karena pada
bintik kuning terdapat sel batang dan sel kerucut yang akan meneruskan
rangsangan yang diterima ke saraf optik yang selanjutnya dikirim ke otak untuk
diproses dan terjadilah kesan melihat.
Sedangkan
bila bayangan jatuh pada bintik buta, tidak akan terjadi kesan melihat karena
tidak ada sel batang dari sel kerucut yang akan meneruskan rangsangan cahaya
tersebut ke saraf optik. Panjang medan titik buta dapat diketahui dengan
menghitung panjang jarak objek hilang dari penglihatan dan jarak objek muncul
kembali dalam penglihatan dengan menggunakan rumus berikut :
Jarak Medan
Noda Buta = Jarak Objek Hilang – Jarak Objek Muncul
Pada
umumnya jarak buta mata kanan dan mata kiri hampir sama untuk kebanyakan orang.
III.
ALAT YANG DIGUNAKAN
-
Campimeter
-
Bulatan
selebar 1 cm berwarna putih dengan tangkai.
IV.
JALANNYA PERCOBAAN
-
Pemeriksaan
dengan campimeter
Satu mata dari orang
percobaan ditutup, dengan mata lain kita melihat ke tengah lingkaran. Dagu
ditempatkan pada posisi horizontal. Suatu benda berwarna putih dijalankan dalam
arah horizontal, kemudian dalam arah vertikal dari luar ke dalam. Kepada orang
percobaan diminta memberitahu bila benda itu kelihatan lagi. Tetapkanlah batas
proyeksi dari noda buta ini.
V.
HASIL PERCOBAAN
Arah
|
Mata kanan
|
Mata kiri
|
||
Terlihat
|
Tak terlihat
|
Terlihat
|
Tak terlihat
|
|
Horizontal
Vertikal
|
40
30
|
60
50
|
69
90
|
80
80
|
VI.
KESIMPULAN
Mata
mempunyai perbedaan sudut pandang penglihatan, mata kanan dan mata kiri
memiliki perbedaan ketajaman pengliahtan melihat benda dari arah yang
berlawanan dan batas proyeksi noda buta pada mata kanan berbeda dengan mata
kiri pada orang percobaan.
VII.
APLIKASI
1.
Pada
seorang di bidang fotografi dapat memfokuskan benda yang akan diambil
gambarnya.
2.
Seorang
polisi dalam tembak menembak pandai membidik dengan menggunakan satu mata atau
mata ditutup satu.
3.
Seorang
yang menggunakan mikroskop melihat benda kecil dengan menggunakan satu mata.
4.
Seorang
pemanah atau pemburu pandai membidik agar dapat melihat hewan yang diincar
dengan tanpa menengok langsung.
Praktikan
DAFTAR
PUSTAKA
Carlson,
N.R (2005). Foundation of Physiological Psychology (6th ed). Baston : Pearson Education, Inc
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Passer,
M.W. & Smith R.E (2007). Psychology : The Science of Mind and Behavior (3rded).
New York : The McGrow-Hill Companies, Inc.
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
LAPORAN
PRAKTIKUM
PSIKOLOGI
FAAL
Nama Percobaan : DIPLOPIA
No. Percobaan : XIV
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk
membuktikan terjadinya diplopia atau adanya titik disparat yang memberikan
kesan rangkap atau dobel.
II.
DASAR TEORI
Titik disparat adalah titik-titik garis benda bayangan yang
tidak sejalas garis benda asli. Kesan rangkap atau dobel ini terjadi karena
titik identik (bintik kuning atau fovea
nasalis) diganggu ini terjadi karena adanya pergeseran letak bintik kuning
saat pelupuk mata ditekan. Bila kita melihat satu benda dengan kedua belah mata
maka benda tersebut dapat terlihat dengan baik karena jatuh di titik identik,
tapi bila salah satu bola mata diganggu maka akan terlihat benda rangkap
(diplopia) karena tidak jatuh di titk identik.
Diplopia atau penglihatan ganda adalah suatu
gangguan penglihatan dimana objek terlihat rangkap atau double. Diplopia binocular adalah penglihatan ganda yang apabila
melihat dengan kedua mata dan menghilang bila salah satu mata ditutup sedangkan
diplopia monocular adalah penglihatan
yang hanya terjadi pada satu mata. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
diplopia, adalah :
1.
Faktor
yang berhubungan dengan sifat-sifat fisis mata untuk dapat membentuk bayangan
nyata dari retina. Misalnya saja aberasi myopia (rabun jauh) dan lain-lain.
2.
Faktor
stimulus yang berhubungan dengan intensitas stimulus cahaya. Misalnya :
warna hitam yang terletak diatas warna putih, faktor gelap dan terang.
3.
Faktor
retina sendiri. Misalnya jarak dan besarnya conus.
Karena
bukan merupakan penyakit secara khusus atau dengan lain diplopia merupakan gejala yang bisa terjadi pada beberapa penyakit
yang saya sebutkan di atas maka
pengobatan diplopia tergantung
dari penyakit dasar yang menyebabkan tejradinya diplopia.
Pemeriksaan mata dimulai
dengan mengukur ketajaman visual (dengan koreksi) di setiap mata dan
keduanya bersama-sama, yang juga membantu menentukan
apakah diplopia adalah monokular atau binokular. Pemeriksaan
mata harus melihat apakah ada penonjolan dari salah satu mata ataukedua
mata, kelopak mata terasa berat, kelainan
pupil, dan gerakan mata disconjugate dan nystagmus selama pengujian motilitas okular.
III.
ALAT YANG DIGUNAKAN
-
Tongkat
yang dapat didirikan
IV.
JALANNYA PERCOBAAN
Titik identik dan titik disparat
Melihat
dengan kedua mata pada satu benda, benda itu kelihatan satu, oleh karena di
kedua mata jatuh pada titik-titik yang identik (dalam hal ini fovea renralis). Benda yang ada di muka
atau belakang benda yang dilihat itu kelihatan dua.
Lihat
dengan kedua mata kepada satu benda, benda itu kelihatan satu. Sekarang tekan
denagn satu jari melalui pelupuk mata di sebelah sampingnya. Dan benda
kelihatan dua.
V.
HASIL PERCOBAAN
Salah
satu mata tanpa ditekan melihat ke tongkat, hanya terlihat satu tongkat saja.
Namun saat satu mata ditekan terlihat seakan-akan tongkat tersebut menjadi dua
bayangan.
VI.
KESIMPULAN
Dapat
dibuktikan terjadinya diplopia pada mata OP, karena bayangan jatuh pada titik
yang identik atau pada titik disparat.
VII.
APLIKASI
5.
Pada
seseorang komikus agar dapat menggambar komik dengan teliti sehingga bagus dan
menarik.
6.
Pada
seorang fotografer agar dapat memotret berpusat pada titik poros.
7.
Pada
orang yang sedang sakit, pada awalnya akan merasa pusing dan berkunang-kunang
sehingga tampak seperti melihat bayangan pada satu benda.
8.
Pada
seorang polisi atau pemanah untuk dapat menembak pada sasaran yang dituju harus
memperhatikan titik fokus dengan cermat.
Praktikan
DAFTAR PUSTAKA
Carlson,
N.R (2005). Foundation of Physiological Psychology (6th ed). Baston : Pearson Education, Inc
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Passer,
M.W. & Smith R.E (2007). Psychology : The Science of Mind and Behavior (3rded).
New York : The McGrow-Hill Companies, Inc.
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
LAPORAN
PRAKTIKUM
PSIKOLOGI
FAAL
Nama Percobaan : PERCOBAAN DENGAN BULATAN-BULATAN DARI MAXWELL
No. Percobaan : XV
Nama Orang Percobaan : Klasikal
Nama Pelaku Percobaan : Klasikal
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk
mengetahui adanya kelambatan dari retina,
terjadinya percampuran warna secara objektif dan terjadinya kontras simultan.
II.
DASAR TEORI
Retina merupakan selapis tipis sel yang
terletak pada baigan belakang bola mata
vertebrata dan cephalopoda yang mengubah cahaya menjadi sinyal syaraf. Retina menjadi bagian peka
cahaya dari mata dan mengandung sel kerucut serta bertanggungjawab pada
penglihatan makna. Dalam hal ini retina
memiliki proses kerja, pada awalnya retina diam menangkap stimulus cahaya yang
sering disebut dengan kelambatan retina. Kelambatan
retina disebabkan oleh stimuli cahaya yang menimbulkan
penglihatan cahaya terus-menerus bila frekuensi dari stimuli tidak cukup besar menimbulkan penglihatan cahaya yang terus
menerus disebut frekuensi fusi. Secara
fenomologis cahaya dapat
dideskripsikan dari 3 dimensi :
1.
Brightness (intensitas cahaya)
2.
Hue (corak warna/kualitas yang dideskripsikan oleh
warna-warna)
3.
Saturation (kejenuhan/keburaman cahaya)
Seseorang
dapat mendeteksi semua gradasi warna apabila cahaya monokromatik, yaitu :
merah, hijau dan biru dicampur dengan tepat dalam berbagai kondisi. Dalam
proses penglihatan warna ada dua macam pencampuran, yaitu :
1)
Pencampuran
warna aditif
Pencampuran dari dua warna
atau lebih yang dapat menghasilkan sensasi warna biru. Dan ditinjau dari segi
fisiologisnya pencampuran dibagi atas dua pencampuran yaitu pencampuran
subyektif dan pencampuran substraktif.
2)
Pencampuran
warna substraktif
Pencampuran ini terjadi pigmen-pigmen dicampur atau bila cahaya
disinari melalui filter berwarna yang
diletakkan satu di atas yang lain, dimana akan timbul warna baru yang sulit
kita perkirakan.
Penglihatan
warna terjadi dalam proses paling sedikit mempunyai dua tingkatan, selaput jala yang terjadi dari tiga pigmen sel kerucut yang memberikan
respon berbeda pada cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda. Respon ini disandikan (disusun sebagai
sandi) dalam impuls opporent yang
berwarna dua sel yang jauh disepanjang sistem pada penglihatan untuk ditransisi
ke pusat penglihatan.
III.
ALAT YANG DIGUNAKAN
-
Alat
pemutar
-
Bulatan
dengan sektor-sektor putih hitam
-
Bulatan
merah, hijau, kuning, biru dan ungu
-
Bulatan
hitam, putih dengan jari-jari yang lebih kecil
-
Bulatan
dengan sector-sektor merah, hijau, kuning, biru yang diselingi dengan garis
hitam.
IV.
JALANNYA PERCOBAAN
1)
Kelambatan
dari retina
Putar bagian warna putih
dan hitam. Akan terlihat berkedip-kedip. OP menyebutkan hasil perpaduan warna
tersebut.
2)
Pencampuran
warna secara subyektif
Putar dari bulatan-bulatan
dua warna yang paling menutup. Kemudian tetapkan besar sektor yang timbul warna
abu-abu. Ikut berputar bulatan warna hitam dan putih yang menimbulkan warna
abu-abu dengan jari-jari yang lebih kecil.
3)
Kontras
simultan
Putar bulatan putih oleh
empat sektor dari satu warna. Tiap sektor di tengah disilangi oleh garis hitam.
Dan dilakukan percobaan berturut-turut dengan warna merah, hijau, kuning, biru
dan hitam.
V.
HASIL PERCOBAAN
1.
Menghasilkan
warna abu-abu dari perpaduan putih dan hitam.
2.
Merah
+ hijau =
merah
Kuning
+ biru =
hijau
Merah
+ hijau + biru + kuning = coklat
Hijau
+ ungu + merah = abu-abu
Hijau
+ ungu + biru = biru
tua
Warna Sector
|
Warna Komplementer
|
Hijau +
putih + garis hitam abu-abu
Merah + putih +
garis hitam ungu
Kuning + putih
+ garis hitam kuning
Merah + putih +
garis hitam merah
|
Abu-abu
Ungu
Kuning
Merah
|
VI.
KESIMPULAN
Mata mempunyai perbandingan dengan
melihat warna, beberapa warna yang digabung dan diputar cepat akan menimbulkan
perubahan warna, warna yang dicampur akan menimbulkan warna baku. Kemudian retina mempunyai kelambatan dalam
melihat sehingga merubah yang dilihat.
VII.
APLIKASI
1.
Seorang
desainer pandai memadukan warna dengan indah
2.
Rumah
produksi film, panda membuat orang untuk mengikuti acara karena tampilan di
televisi/acaranya.
3.
Seorang
pelukis pandai memadukan warna dalam gambarnya.
4.
Seorang
pendesain rumah pandai memadukan warna di rumah tersebut agar terlihat indah.
DAFTAR PUSTAKA
Carlson,
N.R (2005). Foundation of Physiological
Psychology (6th ed). Baston :
Pearson Education, Inc
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Passer,
M.W. & Smith R.E (2007). Psychology :
The Science of Mind and Behavior (3rd ed). New York : The
McGrow-Hill Companies, Inc.
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
LAPORAN
PRAKTIKUM
PSIKOLOGI
FAAL
Nama Percobaan : PENGHANTAR AEROTYMPONAL DAN CRANIOTYMPONAL
No. Percobaan : XVI
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk
mengetahui pendengaran seseorang dari hantaran aerotymponal dan craniotymponal
ataupun hantaran udara.
II.
DASAR TEORI
Dijelaskan
telinga merupakan salah satu indera yang terdapat pada seseorang yang disebut
indera mekonoreselef yang memberikan
respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Di
dalam indera pendengaran tersebut terdapat reseptor-reseptor yang berhubungan
dengan fungsi pendengaran dan anatomi dari indera pendengaran terdiri dari:
1.
Telinga
luar (aurius memeran)
Di
telinga luar ini terdiri atas pinnalouricuta
(daun telinga), meatus acus titicus
exterous (liang telinga luar) dan juga memeran
timpani (gendang telinga).
2.
Telinga
tengah (aureus media)
Di
telinga tengah ini terdiri atas melimeus/hammer (tulang martil), incus/anul
(tulang landasan), dan staples/stirrun (tulang senggudi).
3.
Telinga
dalam
Di
telinga dalam ini memiliki 3 bagian yaitu tulang labirin (labirin arsens),
labirin membrana (labirin membranus), dan choctes.
Anatomi
telinga pada manusia dapat dijelaskan antara skala vestibule dan skala media dipisahkan oleh membran vestivulari dan juga antara skala timpani dan skala media dipisahkan oleh membrana
basiilaris yang diatasnya yaitu yang dipermukaannya terletak struktur
organi coktilaris yang mengandung
sederetan sel-sel yang mekanik sensitive
sel rambut. Kemudian mengalami proses penghantaran pada telinga dengan
berbagai medium yaitu :
1.
Penghantar
udara
2.
Penghantar
suara
3.
Penghantar
tulang telinga tengah
Kemudian
dijelaskan selanjutnya mekanisme untuk menentukan arah suara berasal, yaitu :
1.
Dengan
selisih waktu antara masuknya suara ke dalam suatu telinga kemudian ke telinga
yang lain.
2.
Dengan
membedakan antara suatu intensitas suara ke dalam kedua telinga seseorang.
III.
ALAT YANG DIGUNAKAN
-
Garputala
-
Pipa
karet
-
Sempritan
dari gaiton/audrometer
-
Arloji
-
Meteran/alat
pengukur
IV.
JALANNYA PERCOBAAN
1.
Percobaan-percobaan
dari Rine
-
Garputala
yang bergetar ditempatkan dengan tangkainya pada puncak kepala sampai nadanya
tidak terdengar. Kemudian garputala ditempatkan di muka lubang telinga,
dengarkan suaranya.
-
Garputala
yang bergetar ditempatkan dengan tangkainya pada tulang di belakang telinga
(processus mastoidius) smapai nada tidak terdengar. Kemudian ditempatkan di
muka lubang telinga, dengarkan suara masih atau tidak.
2.
Percobaan
dari Weber
Garputala yang bergetar
ditempatkan dengan tangkainya pada puncak kepala, kemudian satu lubang telinga
ditutup. Kemduian lakukan percobaan lagi dengan 1 lubang telinga OP ditutup
dengan pipa karet dan 1 lubang telinga PP juga ditutup, kemudian garputala yang
sedang bergetar ditempatkan pada puncak kepala OP dan PP mendengar atau tidak.
3.
Pemeriksaan
ketajaman pendengaran
Sebuah arloji ditempatkan
di muka lubang telinga dari OP. telinga yang satunya ditutup kemudian arloji
lambat laun dijauhkan bunyinya tak terdengar lagi. Kemudian ukur jarak lubang
telinga yang tidak terdengar dan didekatkan sampai terdengar lagi.
V.
HASIL PERCOBAAN
1.
-
Masih terdengar bunyi garputala yang
ditempatkan di puncak kepala dan di muka lubang
-
Bunyi
garputala masih terdengar saat diletakkan pada tulang dibelakang telinga.
2. Bunyi garputala tidak terdengar saat
satu telinga ditutup
3.
Jarak
arloji dan telinga
|
Keterangan
|
2 cm
5 cm
7 cm
10 cm
12 cm
|
Terdengar
jelas
Masih
terdengar jelas
Terdengar
Terdengar
jelas
Tidak
terdengar
|
4.
OP
mendengar bunyi dari pipa, PP tidak mendengar bunyi yang dihasilkan dari pipa
VI.
KESIMPULAN
Dapat
diambil kesimpulan bahwa indera pendengaran berfungsi dengan baik. Hal ini
dikarenakan suara yang terdengar dihantarkan melalui udara. Jadi sumber
pendengaran seseorang dipengaruhi oleh : sumber suara, jarak, intensitas
pendengaran dan kebisingan oleh polusi udara.
VII.
APLIKASI
1.
Dokter
mendengarkan detak jantung pasien dengan alat kedokterannya.
2.
Pendengaran
digunakan untuk menentukan tangga nada suatu lagu pada seorang komposer.
3.
Waspada
terhadap lingkungan sekitar seperti jam alarm untuk kebakaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Walgito, B. (2002) Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offet.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : PERASAAN PADA KULIT
No. Percobaan : XVII
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk
mengetahui kepekaan kulit manusia terhadap sensasi panas dan dingin serta
terhadap tekanan dan rasa sakit.
II. DASAR TEORI
Perasaan
pada kulit yang merupakan sensasi-sensasi dari badan disebut somatosensations (somatosensasi). Sentuhan
pada kulit dianggap sebagai sensasi tunggal. Namun sekarang, sentuhan dianggap
telah mencakup tiga indera kulit yang berbeda. Hal tersebut berrespons pada 3
hal, yaitu :
1.
Tekanan
Terdapat
variasi tekanan di permukaan tubuh. Beberapa bagian tubuh lebih efektif
dibandingkan bagian tubuh lainnya dalam merasakan intensitas tekanan. Bibir,
hidung, dan pipi adalah paling sensitif terhadap tekanan sedangkan ibu jari
adalah paling kurang sensitif.
2.
Temperatur
Stimulus untuk
temperatur adalah temperatur di kulit. Reseptornya adalah neuro dengan ujung
saraf bebas yang terletak di bagian bawah kulit. Dijelaskan oleh Guyton bahwa
manusia dapat merasakan bermacam-macam gradasi panas dan dingin. Gradasi termal
dapat dibedakan oleh paling sedikit tiga macam reseptor sensorik; reseptor
dingin, reseptor hangat, reseptor nyeri. Jumlah dalam ujung serabut saraf dingin
atau hangat yang terdapat di setiap permukaan tubuh seseorang sangat sedikit,
sukar untuk menentukan gradasi suhu bila darah kulit yang terangsang itu kecil.
3.
Nyeri
Semua stimulus
yang cukup kuat untuk menyebabkan kerusakan adalah stimulus untuk nyeri.
Stimulus ini dapat berupa tekanan, temperatur, kejutan listrik, dan zat kimia
iritan. Efek stimulus tersebut adalah lepasnya substansi kimia di kulit yang
selanjutnya menstimulasi reseptor ambang tinggi.
Intensitas rasa
nyeri juga berhubungan erat dengan kecepatan kerusakan jaringan yang disebabkan
oleh pengaruh lain selain panas, seperti infeksi bakteri, iskemia jaringan,
kontusio jaringan dan sebagainya. Kemampuan adaptasi reseptor rasa nyeri,
karena kemampuan ini memungkinkan rasa nyeri memberitahu seseorang terus
menerus tentang adanya stimulus yang merusak jaringan selama rasa nyeri itu
ada. Contoh kelainan rasa nyeri dan sensasi somatik lainnya :
1. Hiperalgesia
2. Herpes Zoster (shingles)
3. Tic Douloureux
III.
ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Serabut-serabut
ijuk dari berbagai ukuran
2. Kerucut-kerucut
kuningan dengan tangkai
3. Kikiran
kuningan
4. Tempat-tempat
air panas dan dingin
5. Gelas
IV. JALANNYA PERCOBAAN
1. Tempat reseptor tekanan dan sakit
Serabut yang
sudah dibengkokkan, kemudian serabut ini tekankan pada kulit punggung tangan
orang percobaan. Maka akan terasa adanya tekanan.
Serabut ijuk
yang agak tebal dan kaku. Serabut ini ditekankan pada kulit punggung tangan
orang percobaan. Maka akan terasa sakit.
2. Tempat reseptor dingin dan panas
Kerucut-kerucut
kecil dari kuningan yang ada tangkainya dimasukan ke dalam tempat yang ada
kikiran kuningannya. Kemudian tempat ini dimasukan ke dalam sebuah gelas dengan
air es. Dengan kerucut-kerucut tersebut kulit disentuh kulit akan terasa
dingin.
V. HASIL
PERCOBAAN
1. Terasa adanya tekanan dari serabut.
Terasa sakit
saat serabut ditekankan ke kulit.
2. Terasa dingin ketika tangan tersentuh
kikiran kuningan ari gelas berisi es. Dan panas ketika kikiran kuningan juga
panas.
VI. KESIMPULAN
Kulit kita
sangat peka atau sensitif terhadap berbagai macam sentuhan. Hal panas, dingin,
tajam akan dirasakan pada kulit karena adanya sensasi berupa tekanan, nyeri dan
panas / dingin tergantung dari apa yang menyentuh kulit dan bagaimana kekuatan
sentuhan tersebut.
VII. APLIKASI
5.
Pada
seorang dokter diperlukan kemampuan merasakan sensasi panas dan dingin untuk
mengetahui keadaan suhu tubuh.
6.
Ketika
sedang dipijat, sensasi tekanan akan terasa.
7.
Pada
saat ditusuk duri memberikan sinyal yang kuat akan adanya jaringan yang rusak.
DAFTAR
PUSTAKA
Atkinson, R.L., Atkinson R.C. &
Hilgrad E.R. (1995).Pengantar Psikologi
(8th ed.). Jakarta : Erlangga.
Guyton &Hall.(2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th
ed.).Jakarta : EGC Medical Publisher.
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : PENGECAPAN
No. Percobaan : XVII
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui bagaimana cara kerja
lidah dan fungsi lidah dalam merasakan macam-macam rasa.
II. DASAR TEORI
Lidah
merupakan kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu
pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan, selain itu lidah juga dapat
turut membantu dalam berbicara. Lidah yang lebih dikenal sebagai salahsatu
struktur tersebut adalah lingual yang berasal dari latin atau glossal dari bahasa yunani.
Terdapat empat besar pengecapan primer dalam lidah, yaitu: asam, manis, asin, dan pahit, kemudian
rasa yang lain hanya sebagai gabungan
dari empat rasa primer tersebut.
Indera pengecap memiliki garis skitar 1/30 mm dan panjang sekitar 1/6 mm.
Puting kecap terdiri atas 40 sel-sel
epitel yang telah mengalami modifikasi
dinamakan sel-sel kecap. Sel ini
mengganti diri oleh pembelahan mitosis
dari sel epitel sekitarnya sehingga
bagian diantaranya merupakan sel muda,
sel matang terletak ditengah puting dan akan terlepas tergantikan sel muda. Letak modalitas pengecap itu adalah:
Dapat
diterangkan:
1.
Punggung lidah, dapat menerima modalitas apapun
2.
Pangkal lidah, hanya dapat menerima modalitas pahit
3.
Tepi lidah, dapat menerima modalitas asin dan asam
4.
Pucuk lidah, dapat menerima modalitas terutama manis dan asam
Reseptor-reseptor
pengecapan ditemukan di atas lidah dan berbagai bagian rongga mulut ; mereka biasanya tampak dalam
bentuk klaster yang terdiri atas sekitar 50 reseptor, yang disebut taste buds. Di lidah taste buds sering berlokasi di sekitar protoberance kecil yang disebut papillae.
Penciuman
dan pengecapan menghasilkan sebuah kesan sensori terintegrasi yang disebut flavor (rasa). Kontribusi penciuman
terhadap rasa sering kurang diperhitungkan, tetapi anda tidak akan melakukan
kesalahan yang sama bila anda ingat bahwa orang yang tidak memiliki indra
penciuman mengalami kesulitan dalam membedakan antara berbagai rasa. Hal
tersebut terjadi ketika seseorang makan sehingga penciuman dan pengecapan
bekerja secara serempak kemudian molekul-molekul makanan membangkitkan
reseptor-reseptor tersebut.
III. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Sapu
tangan
2. Gula
yang kering
3. Garam
kering dan sebagainya.
IV. JALANNYA PERCOBAAN
1. Lidah dikeringkan dengan sapu tangan.
Kemudian letakkan di atasnya gula yang kering. Dan teliti apakah gula dapat
dirasakan / dikecap selama lidah dan gula dalam keadaan kering ?
2. Percobaan serupa dengan garam, asam dan
sebagainya.
V. HASIL
PERCOBAAN
No.
|
Benda
|
Perbedaan Rasa
|
|
Lidah kering
|
Lidah basah
|
||
1.
|
Gula
|
Tidak terasa
|
Manis
|
2.
|
Garam
|
Tidak terasa
|
Asin
|
3.
|
Asam Jawa
|
Tidak terasa
|
Asam
|
4.
|
Pil / obat
|
Tidak terasa
|
Pahit
|
VI. KESIMPULAN
Lidah
memiliki kemampuan untuk mengecap rasa, namun ari percobaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa lidah tidak dapat merasakan rasa tanpa menggunakan air liur.
Jadi lidah yang dalam keadaan basah lebih tajam dalam merasakan suatu zat kimia
daripada lidah yang kering.
VII. APLIKASI
1.
Koki
yang bekerja di restauran akan menggunakan indra pencecapnya untuk menciptakan
rasa yang enak .
2.
Seorang
ibu rumah tangga yang sering memasak
mencicpi dahulu masakan sebelum dihidangkan.
3.
Saat
masuk angin /flu lidah menjadi kurang berfungsi, dan menjadi kering selain itu
lidah juga tersa getir jika memakan makanan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdulkader,
F. Martinus, A.K.A, deArcisio, M. & Brunaldi, K. (2005) Chewing Over in
Physiology Education. Brazil : American Physiological Society, Vol. 29 : 51 -
53
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : PEMBAUAN
No. Percobaan : XIX
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui fungsi indra pembau
pada objek yang memiliki intensitas berbeda pada saat sebelum dan setelah
pembakaran.
II. DASAR TEORI
Penciuman adalah respons sistem
olfaktori terhadap bahan-bahan kimiawi
yang ada di udara, yang ditarik dengan
menghirup napas melalui reseptor-reseptor dalam saluran-saluran nasal.
Reseptor-reseptor olfaktori berlokasi
di bagian atas hidung, melekat pada
lapisan jaringan tertutup-lendir yang
disebut olfactory mucosa (mukosa olfaktori). Dendrit-denrit mereka berlokasi di
saluran-saluran nasal, dan akson-aksonnya melalui olfactory bulbs (bulbus
olfaktori), yang bersinapsis pada neuron-neuron yang berproyeksi melalui
traktus olfaktori ke otak. Berbagai bau menghasilkan pola-pola spasial aktivitas
yang berbeda pada bulbus olfaktori.
Sistem olfaktori melakukan sebuah habituasi (pembiasaan) dengan cepat
sekitar 1 menit oleh proses desentiasi dari reseptor bau di peripheral dan
untuk adaptasi yang lebih lambat, biasanya setelah 1 menit berada di jalur
sistem saraf pusat. Oleh karena itu, system penciuman / olfakrori selalu siap
untuk mendeteksi setiap molekul yang baru, tetapi sekali mereka mengenali
molekul tersebut, adaptasi dan sinyal bau tidak dipersepsikan secara sadar.
Untuk merangsang sel-sel olfaktori,
selain mekanisme kimia dasar masih terdapat beberapa faktor fisik yang
mempengaruhi derajat perangsangan. Pertama, hanya substansi yang dapat menguap saja
yang dapat tercium baunya, yaitu yang dapat terhirup ke dalam nostril-nostril. Kedua, substansi yang dapat
merangsang tersebut paling sedikit harus bersifat larut dalam air, dengan
demikian bau tersebut dapat berjalan melewati mucus untuk mencapai sel-sel
olfaktori. Dan ketiga sangat membantu juga bila bau tersebut sedikit sekali larut dalam
lemak, diduga karena konstituen lipid pada membrane silium menolak bau yang berasal dari protein reseptor membran.
Ada beberapa kelainan penghidungan
yang dialami seseorang, yaitu :
1. Anosmia
2.
Hiposmia
3.
Disosmia
4.
Hipersomnia
III.
ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Tempat
membakar kemenyan
2. Sebutir
kemenyan
IV. JALANNYA PERCOBAAN
Ambil sebutir
kemenyan dan rasakan bau kemenyan tersebut. Kemudian bakarlah kemenyan itu dan
rasakan baunya.
V. HASIL
PERCOBAAN
Sebelum
dibakar bau kemenyan hampir tidak terasa, namun masih bisa dicium. Kemudian bau kemenyan setelah
dibakar, baunya sangat menyengat , namun setelah beberapa menit bau tersebut
lama kelamaan menjadi biasa dan
menghilang.
VI. KESIMPULAN
Dapat diambil
kesimpulan dari percobaan tersebut bahwa apabila menghirup bau tertentu di atas
ambang batas penghiduan, maka dengan segera kita dapat mencium bau. Jika bau
tersebut menetap, maka indra penciuman akan melakukan adaptasi dan sisten
olfaktori tidak lagi sensitif terhadap bau tersebut, sehingga seakan-akan
baunya menghilang. Dapat diketahui bahwa bau akan lebih mudah tercium jika
berbentuk gas atau objek yang mudah menguap, seperti yang sudah diutarakan oleh
Guyton (2006), hanya substansi yang dapat
menguap saja yang mudah tercium
baunya
VII. APLIKASI
1. Parfum ketika dalam bentuk cair baunya
tidak begitu terasa, tapi ketika disemprot maka baunya dapat dengan mudah
tercium.
2. Seseorang dapat mencium bau yang
dianggap berbahaya bagi kelangsungan hidup, misalnya gas kompor yang bocor atau
sesuatu yang dibakar.
3. Pada lilin aroma terapi yang belum
dibakar tidak menghasilkan bau yang
harum, namun setelah dibakar baunya dapat dihirup dan dapat menenangkan pikiran
seseorang.
DAFTAR
PUSTAKA
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Guyton &Hall.(2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th
ed.).Jakarta : EGC Medical Publisher.
Pinel, J. P.J (2009). Biopsikologi (7th ed).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : KINAESTHESI
No. Percobaan : XX
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk
mengetahui kemampuan subjek dalam memprediksi orientasi gerakan tubuh
dan kemampuan subjek dalam
mengidentifikasi berat suatu benda.
II. DASAR TEORI
Kinesthesi merupakan suatu perasaan atau
penghayatan pada otot-otot atau urat-urat, urat-urat daging (tendon),
dan tulang-tulang sendi. Bersama-sama dengan indera statis di dalam telinga
bagian dalam, kombinasi indera ini memberikan informasi mengenai posisi anggota
badan dan tubuh di dalam ruang. Yang dapat dijabarkan menurut istilah yaitu kinesthesi berasal dari kata kinesis (gerakan) dan esthesia (perasaan).
Dalam
fungsi untuk mengenali secara sadar orientasi berbagai bagian tubuh berkenaan
dengan bagian tubuh lainnya dan juga kecepatan gerakan berbagai bagian tubuh
tersebut terutama dilayani oleh ujung sensoris di dalam kapsul sendi dan ligament. Dan hal tersebut berkaitan
dengan indera posisi.
Indera
posisi seringkali disebut juga indera proprioseptif. Indera ini dapat dibagi
dalam dua subtype, yaitu :
1.
Indera
posisi statis
Yang berarti
dengan sadar mampu melakukan persepsi orientasi bagian-bagian tubuh satu sama
lainnya
2.
Indera
kecepatan gerakan
Yang disebut
kinesthesia atau propriosepsi dinamik.
Pengetahuan
mengenai posisi, baik yang statis maupun yang dinamik, bergantung pada
pengetahuan mengenai derajat sudut semua sendi pada semua posisi dan kecepatan
perubahannya. Untuk menentukan pembengkokan sendi pada rentang gerakan yang
sedang, di antara reseptor yang paling penting adalah gelondong otot. Bila
sudut sendi berubah, beberapa otot menjadi teregang sementara yang lain
mengendur, dan informasi tegangan netto dari gelondong dijalarkan ke sistem komputasional medula spinalis dan daerah
yang lebih tinggi pada sistem kolumna
dorsalis untuk menguraikan pembengkokan.
Kinesthesis sering kali tidak bekerja
sendiri. Jika kita secara aktif menggerakkan tangan, kinesthesis dibantu oleh sinyal yang dihasilkan oleh pusat motorik
di otak ke sistem perseptual. Dan jika secara aktif menyentuh sesuatu,
kinesthesis dapat dilibatkan bersama indera tekanan. Pada kontraksinya, spindle serabut-serabut saraf dirangsang
corpuscullum lamellosum pater paccini, dapat
dirangsang sehingga terjadi perubahan bentuk dari jaringan dimana ia berada.
Dalam hal ini sebenarnya manusia dapat
mempersepsi lokasi tubuh di mana terjadi suatu rangsangan melalui indera visual
(visus) dan kinesthesi. Ketika visual
tidak berjalan, maka kinesthesi seseorang
akan digunakan untuk menunjukkan di mana tempat rangsang terjadi.
III. ALAT YANG DIGUNAKAN
Benda-benda yang beratnya berlainan
dan bentuknya sama.
IV. JALANNYA PERCOBAAN
Orang
percobaan menutup matanya, diberikan kepadanya berturut-turut dua benda yang berlinan
beratnya dan ditanya benda mana yang lebih berat.
V. HASIL
PERCOBAAN
No.
|
Besar
|
Berat benda
|
Respon orang
percobaan
|
Keterangan
|
1.
|
Ka = K1
|
100 – 100
|
Ka = K1
|
Benar
|
2.
|
Ka > K1
|
100 – 75
|
Ka = K1
|
Salah
|
3.
|
Ka < K1
|
50 – 75
|
Ka > K1
|
Salah
|
4.
|
Ka > K1
|
75 – 25
|
Ka > K1
|
Benar
|
5.
|
Ka = K1
|
50 – 50
|
Ka = K1
|
Benar
|
VI. KESIMPULAN
Dalam
percobaan ini diketahui
bahwa orang percobaan belum dapat sepenuhnya memprediksi bobot
beban dengan benar antara benda yang berada di telapak tangan kanan dengan
benda yang berada di telapak tangan kiri unuk kisaran berat keduanya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kemampuan perasaan atau penghayatan pada otot-otot atau urat-urat daging
(tendon) dan tulang-tulang sendi pada orang percobaan kuran berfungsi dengan
baik. Atau lebih jelasnya kemampuan kinesthesi orang percobaan kurang berfungsi
dengan baik.
VII. APLIKASI
1.
Kemampuan kinaesthesi sangat diperlukan bagi seorang
penyandang tunanetra untuk mengetahui barang atau alat tanpa melihat.
2.
Seorang
yang bekerja sebagai kuli panggul menggunakan kemampuan kinesthesinya untuk
menentukan berat benda yang dipanggulnya.
3.
Anak
kecil yang bermain mampu merasakan atau mengetahui bahwa permainan dengan batu
berat dan busa, lebih ringan busa.
DAFTAR
PUSTAKA
Atkinson, R.L., Atkinson R.C. &
Hilgrad E.R. (1995).Pengantar Psikologi
(8th ed.). Jakarta : Erlangga.
Chaplin, J.P. (2006) Kamus Lengkap
Psikologi. Jakarta : PT. Rasa Grafindo Persada.
Guyton &Hall.(2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th
ed.).Jakarta : EGC Medical Publisher.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : STEREOGNOSIS
No. Percobaan : XXI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kemampuan subjek
dalam mengidentifikasi benda dengan mata tertutup.
II. DASAR TEORI
Dijelaskan
bahwa stereognosis merupakan
kemampuan untuk mengenali objek hanya dengan meraba tanpa melihat. Kemampuan
ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan kinesthesi
dan kepekaan perasaan taktil. Apabila kedua kemampuan ini dapat berfungsi
dangan baik, maka seseorang akan mempunyai daya stereognosis yang bagus.
Gangguan
pada stereognosis adalah tanda dini dari kerusakan kortex cerebri, dan kadang-kadang terjadi tanpa ada kelainan pada
sensasi raba dan tekanan. Alat
indera yang berkaitan erat dengan stereognosis
adalah kulit, karena kulit dapat merasakan panas, dingin, tekanan, dan rasa
sakit meskipun hal tersebut tidak terjadi pada seluruh bagian kulit. Bagian
utama dari perasaan taktil adalah corpuscullum
lamellosum dengan reseptor-reseptor sebagai berikut:
a. Akhiran syaraf bebas
b. Cortopus tactus
c. Akhiran saraf yang melingkari folliculus rambut
d. Miniscus tactus.
(Ganong, 2003)
Dalam stereognosis terdapat pula yang dinamakan oral stereognosis. Oral
stereognosis adalah kemampuan untuk mengenali bentuk benda yang terdapat
pada lidah. Ini adalah sebuah fenomena sensori yang komleks yang melibatkan
reseptor mukosa, terutama di lidah, reseptor di mulut, periodontum dan sendi. Kemampuan oral stereognosis ini akan menurun
seiring bertambahnya usia seseorang.
Kemampuan dalam mengenali benda tiga dimensi dengan
meraba tidak dapat dilakukan tanpa adanya peran kulit. Orang yang normal
dapat dengan mudah mengidentifikasi benda-benda seperti kunci dan macam-macam
uang logam. Kemampuan ini jelas tergantung pada keutuhan rasa raba
dan tekanan. Dan jika dalam columna dorsolis terjadi kerusakan maka proses pengidentifikasian akan terganggu.
Diperlukannya peranan dari korteks serebri yang cukup besar dalam
kemampuan ini.
Gangguan stereognosis
adalah tanda awal adanya kerusakan korteks serebrum dan kadang-kadang timbul
tanpa adanya pada raba raba dan tekanan bila terdapat lesi di lobus
parientalis pasterior dari girus postsentralis.
III.
ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Benda-benda
dari berbagai bentuk
IV. JALANNYA PERCOBAAN
Orang
percobaan menutup matanya kemudian diberikan kepadanya benda-benda dengan
berbagai bentuk. Dan tugas pelaku percobaan menanyakan kepada orang percobaan
bentuk dari benda yang sedang dirabanya tersebut.
V. HASIL
PERCOBAAN
No.
|
Bentuk benda
|
Respon
|
Keterangan
|
1.
|
Balok
|
Balok
|
Benar
|
2.
|
Kubus
|
Kubus
|
Benar
|
3.
|
Limas
|
Limas
|
Benar
|
4.
|
Tabung
|
Tabung
|
Benar
|
5.
|
Prisma
|
Prisma
|
Benar
|
VI. KESIMPULAN
Dapat
dilihat dari hasi percobaan stereognosis
setelah orang percbaan melakukan percobaan tersebut, terlihat jelas bahwa
kemampuan stereogenesis orang
percobaan sangat bagus. Hal tersebut dapa disimpulkan dengan ketepatan menjawab
bentuk dari benda yang hanya diraba oleh orang percobaan tanpa melihat.
Dari hal
ini dapat diketahui bahwa reseptor peraba dan jalannya sensori yang dijalankan
oleh sistem saraf hingga sampai di otak dapat berfungsi dengan baik
VII. APLIKASI
1.
seorang
pianis yang sudah ahli atau pandai memainkan pianonya dapat dengan mudah memainkan
piano tanpa matanya harus melihat kearah jari-jarinya yang menekan tots.
2.
Seorang
penyandang tuna netra dapat membaca buku menggunakan huruf Braille dalam
pembelajarannya.
3.
Seseorang
yang sudah terbiasa menggunakan computer atau laptop dapat mengetik pada
keyboard computer walaupun mata tertuju pada layar.
4.
Bayi
yang baru lahir walaupun matanya belum dapat melihat seutuhnya bahkan belum
mengerti namun dapat mencari putting susu ibunya.
DAFTAR
PUSTAKA
Atkinson, R.L., Atkinson R.C. &
Hilgrad E.R. (1995).Pengantar Psikologi
(8th ed.). Jakarta : Erlangga.
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Guyton &Hall.(2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th
ed.).Jakarta : EGC Medical Publisher.
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL
Nama Percobaan : GERAKAN-GERAKAN REFLEKS
No. Percobaan : XXII
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk
mengetahui gerak refleks mengejapkan mata dan gerak refleks muntah serta
mengetahui apakah ada kelainan dalam diri seseorang dalam gerak refleks.
II. DASAR TEORI
Gerak
refleks merupakan
hasil stimulasi sel motorik oleh stimulus yang dibawa oleh neuron aferen dari jaringan. Dengan
demikian, stimulus yang datang,
selain menghasilkan sensasi, juga menimbulkan gerakan. Sensasi didapat bila
stimulus sampai di pusat sensori di otak. Di sisi lain, korda dan otak akan
menstimulasi sel-sel motor untuk bereaksi.
Sedangkan refleks sendiri merupakan
respon otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute yang disebut
lengkung refleks. Sebagian proses tubuh involunteer
misalnya saja denyut jantung, pernapasan, aktivitas pencernaan, dan pengaturan
suhu. Sedangkan respons otomatis misalnya sentakan akibat suatu stimulus nyeri
atau sentakan pada lutut yang merupakan kerja refleks.
Dalam hal ini sebagian besar refleks
merupakan refleks polisinaptik atau multisinaptik. Refleks ini mengandung
paling sedikit tiga neuron dan dua sinaps dengan satu interneuron (neutron penghubung) di antara neuron sensorik dan motorik.
Tahap
terjadinya gerak refleks yaitu:
1.
rangsangan
2.
sel saraf sensoris
3.
sel saraf penghubung
4.
sel saraf motorik
5.
gerak
Dapat dijelaskan bahwa impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan
tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol
dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau
tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin,
atau batuk.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian
diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf
penghubung (asosiasi) tanpa diolah di
dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan
pintas ini disebut lengkung refleks. Dapat
dibagi menjadi 2hal untuk membedakan yaitu gerak refleks atas refleks otak bila
saraf penghubung (asosiasi) berada di
dalam otak bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf
penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang.
III. ALAT YANG DIGUNAKAN
1.
Martil
refleks
2.
Kapas
3.
Stapel
IV. JALANNYA PERCOBAAN
A. Refleks-refleks urat
1. Orang percobaan duduk di
tepi meja dengan tungkai bawah tergantung. Urat dibawah tempung lutut dipukul
dengan martil refleks. Dan pelaku percobaan melihat respon orang percobaan.
2. Orang percobaan berdiri,
satu tungkai bawah diletakkan dengan tulang kering pada kursi dengan kaki
digantung pada kursi, urat di atas tumit dipukul dengan martil refleks. Dan
pelaku percobaan melihat respon orang percobaan.
3. Satu lengan dari orang
percobaan diluruskan oleh anda, kemudian urat di atas itu disebelah muka (urut
dari musculus biceps) dipukul dengan martil refleks. Dan pelaku
percobaan melihat respon orang percobaan.
4. Lengan dari orang percobaan
dibengkok oleh pelaku percobaan, kemudian urat di atas itu disebelah muka
pelaku percobaan di dalam persendian siku. Urat di atas itu dibelakang (urat
dari musculus triceps brachil)
dipukul dengan martil refleks. Dan pelaku percobaan melihat respon orang
percobaan.
B. Refleks mengejapkan mata
Timbulkan reflek ini
pada teman atau orang percobaan dengan menyentuh kornea matanya dengan kapas
secara tiba-tiba. Dan pelaku percobaan melihat respon orang percobaan.
C. Refleks muntah
Orang
percobaan membuka mulut selebar-lebarnya. Kemudian pelaku percobaan menyentuh
dinding belakang kerongkongannya
menggunakan stapel.
V. HASIL
PERCOBAAN
A. Refleks-refleks urat
1. Kaget dan terasa.
2. Hanya terasa.
3. Kaget dan terasa.
4. Kaget dan terasa.
B. Refleks
mengejapkan mata
Ketika kapas
menyentuh kornea mata orang percobaan, secara refleks kedua mata mengedip.
Walaupun yang disentuh hanya salah satu kornea, namun kedua kelopak mata
berkedip.
.
C. Refleks
muntah
Saat dinding
belakang kerongkongan disentuh dengan gagang kayu, secara refleks orang
percobaan memuntahkan kembali makanannya.
VI. KESIMPULAN
Pada gerak-gerak refleks urat pada
orang percobaan dapat disimpulkan bahwa stabil atau saraf bekerja dengan
normal. Kemudian pada percobaan kapas menyentuh kornea orang percobaan dapat
segera menutup mata, berarti saraf glosofaring
juga bekerja dengan normal. Dan terakhir percobaan ketika belakang tenggorok
orang percobaan memuntahkan kembali makanannya. Dalam tiga percobaan di atas
dapat disimpulkan bahwa jika saraf sensori dirangsang yang dianggap
membahayakan maka dengan segera terjadi gerak refleks.
VII. APLIKASI
1.
Mata dapat segera menutup ketika ada benda asing yang masuk, sehingga bola mata tidak terluka.
2.
Dapat memuntahkan kembali apabila makanan yang dimakan sudah basi
3.
Jika keracunan refleks muntah dapat
digunakan agar racun dapat keluar.
4.
Mendeteksi adanya kelainan pada mata, misalnya pada penderita katarak jika
kornea disentuh tidak langsung menutup mata.
DAFTAR
PUSTAKA
Furqonita, Deswati. (2006). Seri IPA Biologi
SMP kelas IX. Jakarta : Yudhistira Ghalia Indonesia
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18844/4/Chapter%20II.pdf
Sloane, Ethel. (1994). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Watson,
Roger. (1995). Anatomi & Fisiologi Untuk perawat (10th ed).
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Komentar
Posting Komentar